Batik Segoro Amarto Reborn: Simbol Yogyakarta dalam Goresan Motif
Yogyakarta kembali memperkenalkan Batik Segoro Amarto Reborn, sebuah perwujudan filosofi lokal yang kaya makna serta identitas kota pelajar yang khas. Lebih dari sekadar motif batik biasa, Segoro Amarto Reborn merupakan representasi visual dari semangat gotong royong yang menjadi fondasi sosial budaya Yogyakarta.
Motif ini memadukan berbagai elemen ikonik kota, seperti Tugu Jogja, simbol pendidikan berupa pulpen, buah sawo kecik, dan pohon asem. Setiap elemen ini tidak hanya mempercantik tampilan batik, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam. Tugu Jogja melambangkan semangat persatuan dan perjuangan, pulpen mewakili Yogyakarta sebagai kota pendidikan, sawo kecik mencerminkan kesederhanaan dan kearifan lokal, serta pohon asem yang melambangkan keteduhan dan perlindungan.
Batik Segoro Amarto Reborn akan menjadi bagian dari seragam resmi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan siswa sekolah dasar hingga menengah pertama di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Kebijakan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal serta mendukung perekonomian pengrajin batik di Yogyakarta.
Dalam motif batik Segoro Amarto, terdapat motif batik lain yang memiliki arti khusus.
- Motif Parang: melambangkan derajat yang tinggi. Motif ini sering dikaitkan dengan kepemimpinan dan kebijaksanaan.
- Motif Kawung: bermakna kehidupan yang harmonis dan keseimbangan alam. Motif ini mengingatkan manusia untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama dan lingkungan.
Tri Karyadi Riyanto Raharjo, Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta, menjelaskan bahwa Batik Segoro Amarto Reborn mengandung unsur-unsur khas Kota Yogyakarta. Motif ini merupakan hasil karya tiga perajin batik yang memenangkan lomba desain motif Batik Segoro Amarto Reborn. Unsur-unsur seperti gunungan Segoro Amarto, Tugu, pohon asem, lampu, burung, pulpen, dan sawo kecik, menjadi ciri khas yang telah dipatenkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Hak atas kekayaan intelektual (HaKI) ini memberikan wewenang kepada Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memproduksi batik ini melalui perajin batik lokal, dengan tujuan meningkatkan perekonomian mereka.
Koperasi Merah Putih akan berperan penting dalam produksi dan pemasaran Batik Segoro Amarto Reborn. Dengan hampir seratus anggota pengrajin batik, koperasi ini akan memberdayakan anggotanya untuk memproduksi batik dari rumah masing-masing. Koperasi ini juga akan membantu menyediakan bahan baku dan memasarkan produk batik. Konsumen akan diarahkan untuk membeli batik melalui koperasi, sehingga keuntungan dapat dinikmati oleh para pengrajin. Ke depan, koperasi ini juga berencana untuk membentuk lima koperasi kecil untuk pemerataan produksi dan distribusi batik.
Aruman, pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, menjelaskan bahwa desainnya menggabungkan simbol-simbol seperti Tugu Jogja, buku, pulpen, truntum, dan canting, yang mewakili Yogyakarta sebagai kota batik dunia. Unsur-unsur lain seperti asam jawa dan sawo kecik ditambahkan oleh para kurator untuk memperkaya makna batik ini. Semua unsur ini tetap mempertahankan motif batik yang lama sambil memberikan sentuhan penyegaran. Ia berharap bahwa regulasi yang dibuat dapat menghidupkan kembali penjualan produk lokal dan meningkatkan perekonomian Kota Yogyakarta.