BPOM Ungkap Sumber Keracunan Massal dalam Program Makan Bergizi Gratis
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengidentifikasi serangkaian faktor krusial yang memicu gelombang kasus keracunan pangan yang terkait dengan program makan bergizi gratis. Temuan ini diungkapkan oleh Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dalam rapat dengar pendapat yang diselenggarakan bersama Komisi IX DPR-RI.
Taruna Ikrar memaparkan bahwa selama periode pemantauan dari 6 Januari hingga 20 Mei 2025, pihaknya mencatat 17 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang tersebar di 10 provinsi. Jawa Barat menjadi wilayah dengan insiden terbanyak, mencatat 5 kasus. Analisis mendalam mengungkap bahwa akar permasalahan terletak pada beberapa aspek utama:
-
Kontaminasi Awal Bahan Pangan: Ini menjadi titik kritis pertama yang diidentifikasi. Sumber kontaminasi bervariasi, mulai dari bahan mentah yang tercemar, kualitas air baku yang tidak memenuhi standar, hingga praktik pencucian bahan yang kurang higienis. Lingkungan pengolahan makanan yang tidak steril dan kebersihan penjamah makanan yang diabaikan juga berkontribusi signifikan terhadap masalah ini.
-
Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri: Faktor ini dipicu oleh pengendalian suhu dan waktu yang tidak memadai selama penyimpanan dan pengolahan makanan. Kondisi makanan yang tidak terjaga dengan baik dan proses pengolahan yang kurang tepat menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri berbahaya. Penyimpanan bahan baku atau makanan yang tidak sesuai standar, terutama perubahan suhu yang signifikan, dapat mempercepat pembusukan dan kerusakan, meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.
-
Kegagalan Pengendalian Keamanan Pangan: Aspek ini mencakup kelemahan dalam penerapan higiene dan sanitasi, pengendalian suhu yang tidak efektif, praktik penanganan makanan yang kurang tepat, serta pengawasan dan monitoring yang tidak memadai. Seluruh elemen ini saling terkait dan berkontribusi pada potensi bahaya keamanan pangan.
Taruna Ikrar menekankan pentingnya memperhatikan setiap titik kritis dalam rantai keamanan pangan untuk memastikan makanan yang dikonsumsi masyarakat aman dan layak. Penyimpanan makanan yang tepat dan pengaturan suhu yang konsisten menjadi kunci untuk mencegah penurunan kualitas bahan baku dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya. Perubahan suhu yang minimal saja dapat merusak bahan baku dan memicu perkembangan bakteri, sehingga pasteurisasi yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan konsumen.