Indonesia Aktifkan Impor Minyak Mentah dari Rusia Melalui Tender Terbuka

Indonesia telah secara resmi membuka keran impor minyak mentah (crude oil) dari Rusia, sebuah langkah yang diumumkan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Proses impor ini dilaksanakan melalui mekanisme tender atau lelang terbuka yang melibatkan berbagai perusahaan yang telah terdaftar di kilang-kilang Pertamina, termasuk perusahaan asal Rusia.

Direktur Utama PT KPI, Taufik Adityawarman, menjelaskan bahwa impor minyak mentah dari Rusia ini sepenuhnya mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh Office of Foreign Assets Control (OFAC) dari Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS). OFAC sendiri memiliki wewenang untuk memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang dianggap mengancam keamanan nasional AS atau kepentingan luar negerinya. Sanksi embargo impor minyak Rusia telah diberlakukan oleh OFAC sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

"Kita akan patuh pada peraturan OFAC, yang berasal dari sanksi AS. Kepatuhan terhadap regulasi tersebut adalah suatu keharusan," tegas Taufik di sela-sela acara IPA Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025 di ICE BSD, Jakarta. Ia menolak untuk memberikan rincian spesifik mengenai volume atau spesifikasi minyak mentah yang diimpor dari Rusia. Namun, dia meyakinkan bahwa spesifikasi minyak Rusia yang diimpor oleh KPI akan sesuai dengan kebutuhan kilang-kilang di dalam negeri.

Taufik menjelaskan lebih lanjut bahwa minyak mentah yang diimpor tersebut akan langsung diproses di kilang, bukan disimpan dalam tangki penyimpanan. "Langsung ke refinery (kilang). Jika Anda memiliki crude Rusia yang sesuai dengan kebutuhan kami dan terdaftar di kilang, silakan berpartisipasi dalam tender. Namun, tender tetap akan dievaluasi berdasarkan kriteria tender yang telah disepakati," jelasnya.

Proses tender impor minyak mentah dari Rusia ini sebenarnya telah dibuka sejak Mei 2024, jauh sebelum Indonesia resmi bergabung dengan aliansi BRICS pada Oktober 2024. "Mei tahun lalu kita sudah mulai buka (tender impor minyak mentah dari Rusia)," ungkap Taufik.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, juga telah menyampaikan bahwa Indonesia membuka peluang untuk mengimpor minyak dari Rusia. Hal ini sejalan dengan status Indonesia sebagai anggota penuh organisasi kerja sama ekonomi BRICS. Menurut Bahlil, Indonesia menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, yang memungkinkan kerja sama dengan berbagai negara selama tidak melanggar aturan yang berlaku.

"Ketika kita bergabung dengan BRICS dan ada peluang untuk mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai dengan aturan dan tidak ada masalah, mengapa tidak?" kata Bahlil. Ia juga menambahkan bahwa Indonesia tidak hanya berfokus pada kerja sama dengan negara-negara anggota BRICS, tetapi juga membuka peluang kerja sama dengan organisasi lain seperti Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

"Semua peluang yang menguntungkan Indonesia, baik dari BRICS maupun OECD, tidak masalah," pungkasnya.