Dari Bangku Kuliah ke Balik Kemudi: Kisah Hairudin, Sopir Bus Lintas Kalimantan
Kisah Hairudin: Menggapai Rezeki di Jalanan Kalimantan
Di tengah hiruk pikuk Terminal Samarinda Seberang, Hairudin, seorang pemuda berusia 25 tahun, tampak teliti memeriksa setiap detail bus AKAP yang akan segera membawanya melintasi ratusan kilometer jalanan Kalimantan. Sosoknya kini lekat dengan profesi sopir bus lintas provinsi, sebuah jalan hidup yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Perjalanan hidup Hairudin berliku dan penuh kejutan. Sempat mencicipi bangku kuliah atas dorongan orang tua, ia terpaksa mengubur mimpinya karena keterbatasan biaya. Namun, semangatnya tak padam. Ia memilih untuk terjun ke dunia transportasi, memulai segalanya dari nol sebagai seorang kernet.
"Sebenarnya saya tidak terlalu berminat kuliah. Dulu itu karena desakan orang tua. Tapi karena memang kondisi keuangan tidak memungkinkan, saya akhirnya berhenti. Sejak saat itu, sekitar tahun 2021, saya mulai menjadi kernet, belajar sedikit demi sedikit," ungkap Hairudin dengan nada lugas.
Transformasi dari Kernet Menjadi Sopir Andal
Selama tiga tahun, Hairudin menjalani peran sebagai kernet dengan tekun. Ia menyerap ilmu dan pengalaman dari para sopir senior, mengamati setiap detail pekerjaan, hingga akhirnya ia mendapatkan kepercayaan untuk mengemudikan bus kosong saat perjalanan pulang ke garasi.
"Awalnya hanya membantu saja. Tapi lama kelamaan, sopir-sopir senior memberikan kesempatan untuk menyetir bus kosong. Hingga akhirnya saya dipercaya untuk membawa bus secara penuh," kenangnya dengan senyum.
Sejak awal 2023, Hairudin resmi menyandang status sebagai sopir utama. Rute yang sering ia tempuh adalah Samarinda-Banjarmasin, dengan frekuensi perjalanan dua kali seminggu. Tak jarang, ia juga mendapat tugas untuk mengantarkan rombongan ke Ibu Kota Nusantara (IKN), sebuah pengalaman yang memberinya perspektif baru tentang pembangunan dan kemajuan daerah.
"Sering juga digunakan untuk membawa rombongan wisata, terutama ke IKN. Seperti hari ini, nanti sore berangkat jam lima, besok pagi baru menurunkan penumpang di bandara," jelasnya.
Mengemudi: Antara Tanggung Jawab dan Tantangan
Bagi Hairudin, mengemudi bukan sekadar pekerjaan mencari nafkah. Ada tanggung jawab besar yang harus ia pikul, terutama keselamatan puluhan penumpang yang ia bawa. Ia merasa senang ketika membawa rombongan wisata karena suasana yang lebih santai. Namun, ia tak pernah lengah dan selalu mengutamakan keselamatan.
"Setiap meter jalan yang saya tempuh adalah taruhan nyawa," ujarnya dengan nada serius.
Tantangan di jalan pun tak jarang menghampirinya. Mulai dari kendaraan yang mogok hingga kerusakan komponen. Ia juga seringkali harus menghadapi perilaku pengemudi lain yang ugal-ugalan.
"Pernah mogok di tengah jalan, harus menunggu mekanik dari kantor. Kita harus menjaga bus, tidak bisa ditinggalkan begitu saja," ceritanya.
"Kadang ada juga pengemudi lain yang menyalip di garis lurus. Tapi kita harus bisa menahan emosi. Kalau ikut-ikutan, sangat berbahaya," tambahnya.
Keluarga dan Impian yang Tertunda
Tinggal di Banjarmasin bersama istri tercinta, Hairudin hanya bisa bertemu keluarga dua kali seminggu. Rasa rindu ia obati dengan panggilan video dan telepon. Bahkan, saat momen-momen istimewa seperti malam takbiran, ia seringkali masih berada di jalan.
"Tapi alhamdulillah, kemarin pas Lebaran saya bisa berkumpul dengan keluarga," ujarnya dengan nada syukur.
Meski waktu banyak tersita di perjalanan, Hairudin tetap menjalani pekerjaannya dengan penuh semangat dan rasa syukur. Ia menyadari bahwa rezeki yang ia peroleh dari pekerjaan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Dari gaji, alhamdulillah cukup untuk kebutuhan. Yang penting halal dan bisa bermanfaat untuk keluarga," ujarnya mantap.
Di balik profesinya saat ini, Hairudin menyimpan impian besar yang belum sempat ia raih: menjadi seorang pilot. Namun, keterbatasan biaya membuatnya harus mengubur mimpinya.
"Dulu saya sangat ingin sekolah penerbangan, menjadi pilot. Tapi biayanya sangat mahal. Akhirnya, ya sudah, saya jalani saja apa yang ada sekarang," ucapnya sambil tersenyum.
Ia pun menitipkan pesan sederhana kepada para penumpang bus yang ia bawa:
- Semoga semuanya sehat dan bisa berkumpul dengan keluarga.
- Kami para sopir juga berjuang keras di jalan.
- Jika terkadang jadwal molor atau bus berjalan lambat, bukan karena kami sengaja, tapi karena kondisi di jalan.
- Mohon pengertiannya.
Menjelang keberangkatan sore itu, Hairudin kembali menutup pintu bus, memastikan semuanya siap. Ia siap mengantarkan harapan banyak orang, menembus malam demi satu tujuan: selamat sampai tujuan.