Tahun 2025: Google Hadapi Persaingan Ketat dan Ancaman Regulasi Menurut Sundar Pichai

Masa depan Google di tahun 2025 nampaknya menjadi perhatian utama bagi CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai. Dalam sebuah pesan internal yang ditujukan kepada para karyawan, Pichai mengungkapkan kekhawatirannya mengenai meningkatnya persaingan dan tantangan regulasi yang semakin kompleks yang dihadapi perusahaan raksasa teknologi tersebut.

Pichai menekankan bahwa tahun 2025 akan menjadi periode dengan "taruhan tinggi" bagi Google. Kecemasan ini muncul di tengah berbagai permasalahan hukum yang sedang dihadapi perusahaan, terutama gugatan dari Departemen Kehakiman (DoJ) Amerika Serikat.

Ancaman Monopoli dan Potensi Pelepasan Chrome

Salah satu isu sentral yang memicu kekhawatiran Pichai adalah tuduhan praktik monopoli ilegal di pasar pencarian yang dialamatkan kepada Google. Hakim federal AS, Amit Mehta, sebelumnya telah memutuskan bahwa Google melanggar hukum dengan memonopoli pasar tersebut. Sebagai konsekuensinya, DoJ merekomendasikan agar hakim memerintahkan Google untuk menjual peramban Chrome, sebuah produk krusial yang menjadi fondasi bisnis perusahaan.

Selain tuduhan monopoli di pasar pencarian, Google juga dituduh melakukan praktik dominasi yang tidak sah di sektor teknologi iklan online. Meskipun sidang terkait kasus ini telah selesai pada September 2024, keputusan akhir dari hakim masih dinantikan. Situasi serupa juga terjadi di Inggris, di mana lembaga pengawas persaingan mengajukan keberatan atas praktik Google di sektor teknologi iklan yang dianggap merugikan persaingan.

Persaingan di Era Kecerdasan Buatan

Tantangan lain yang dihadapi Google adalah persaingan yang semakin sengit di bidang kecerdasan buatan (AI). Munculnya AI generatif seperti ChatGPT dari OpenAI telah menciptakan cara baru bagi pengguna untuk mengakses informasi di internet, yang berpotensi mengurangi ketergantungan pada mesin pencari tradisional seperti Google Search.

Google, sebagai penguasa pasar mesin pencari, menyadari ancaman ini. Perusahaan teknologi lain juga telah mengembangkan layanan serupa yang didukung oleh AI. OpenAI, misalnya, telah meluncurkan SearchGPT di dalam ChatGPT pada awal November 2024. Perplexity juga menawarkan layanan pencarian bertenaga AI.

Menyadari kebutuhan untuk beradaptasi, Google telah mengembangkan model AI canggih seperti Gemini. Pichai menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan Gemini akan menjadi fokus utama perusahaan di tahun mendatang.

Risiko Kehilangan Pendapatan Akibat Potensi Pelepasan Chrome

Selain ancaman regulasi dan persaingan di bidang AI, Google juga berpotensi kehilangan sebagian besar pendapatannya jika Chrome benar-benar harus dijual. Chrome saat ini memegang pangsa pasar peramban sebesar 66,7 persen pada Oktober 2024. Peramban ini merupakan pilar penting bagi bisnis iklan Google, yang menghasilkan pendapatan sebesar 65,9 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.062 triliun) pada kuartal III-2024, yang merupakan sebagian besar dari total pendapatan perusahaan sebesar 88,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.424 triliun).

DoJ dilaporkan akan mendesak Google untuk menjual Chrome karena dinilai memonopoli pasar pencarian internet dan mempertahankan praktik tersebut. Selain penjualan Chrome, pemerintah AS juga akan meminta hakim untuk mewajibkan Google melisensikan hasil dan data dari Chrome, serta menyediakan lebih banyak opsi bagi situs web agar tidak "dilacak" oleh produk AI Google.

Namun, Google masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki praktik yang dianggap sebagai monopoli oleh pemerintah. DoJ akan mempertimbangkan kembali atau bahkan mencabut perintah penjualan Chrome jika Google melakukan evaluasi dan perbaikan yang signifikan, sehingga menciptakan persaingan yang lebih sehat.

Kasus ini merupakan kelanjutan dari keputusan hakim federal Amit Mehta pada Agustus 2024, yang menyatakan bahwa Google menggunakan perjanjian distribusi eksklusif dan menetapkan harga yang terjangkau untuk iklan teks pencarian umum. Praktik ini dinilai menyebabkan perilaku anti-monopoli.

DoJ dan beberapa negara bagian AS juga menuduh Google membuat perjanjian eksklusif dengan perusahaan teknologi untuk menjadikan Google Search sebagai mesin pencari bawaan pada smartphone dan komputer.

Hakim Mehta saat ini sedang mempertimbangkan tindakan apa yang perlu diambil Google untuk memperbaiki pelanggaran anti-monopoli. Google berencana untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut.

DoJ telah memberikan rekomendasi penjualan Chrome kepada hakim. Pengadilan akan membahas langkah-langkah yang perlu diambil Google pada April 2025 mendatang, dan menetapkan keputusan akhir pada bulan Agustus tahun yang sama.

Chrome merupakan salah satu bisnis terpenting bagi Google. Peramban ini menguasai lebih dari separuh pasar peramban di dunia. Menurut Statcounter, pangsa pasar Chrome adalah 66,7 persen pada Oktober 2024, jauh lebih tinggi dari Safari (18 persen), Edge (5 persen), maupun Firefox (3 persen).