Aliansi Pengemudi Ojek Online Menentang Potensi Penggabungan Gojek dan Grab: Kekhawatiran PHK Massal dan Dominasi Pasar
Rencana potensi penggabungan dua raksasa ride-hailing, Gojek dan Grab, menuai penolakan keras dari kalangan pengemudi ojek online (ojol). Aliansi pengemudi ojol, Garda Indonesia, menyuarakan kekhawatiran mendalam terkait dampak negatif yang mungkin timbul bagi para mitra pengemudi di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, dengan tegas menyatakan penolakan terhadap akuisisi bisnis Gojek oleh Grab. Menurutnya, langkah ini berpotensi merugikan ribuan pengemudi yang selama ini bergantung pada aplikasi tersebut untuk mencari nafkah. Garda Indonesia secara terbuka telah menyatakan sikap menentang merger tersebut.
Raden Igun menyampaikan tiga poin krusial yang menjadi dasar penolakan mereka. Pertama, potensi pemutusan kemitraan massal. Aliansi pengemudi ojol khawatir bahwa penggabungan akan memicu efisiensi besar-besaran, yang berujung pada pengurangan jumlah mitra pengemudi secara sepihak. Para pengemudi merasa terancam kehilangan mata pencaharian mereka.
Kedua, performa Gojek dan Grab yang dinilai belum optimal. Garda Indonesia berpendapat bahwa sebelum melakukan merger, kedua perusahaan seharusnya fokus meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi. Merger justru dikhawatirkan akan memperburuk kondisi yang sudah ada.
Ketiga, potensi monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Raden Igun menekankan bahwa penggabungan Gojek dan Grab dapat menciptakan dominasi pasar yang tidak sehat di industri ride-hailing Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan mematikan persaingan usaha dan merugikan konsumen.
Isu mengenai potensi akuisisi Gojek oleh Grab pertama kali mencuat melalui laporan kantor berita Reuters. Laporan tersebut mengindikasikan bahwa Grab telah menunjuk penasihat untuk memimpin proses akuisisi ini. GoTo (Gojek Tokopedia) disebut-sebut akan menjual seluruh operasionalnya kepada Grab, kecuali divisi keuangan.
Menurut data dari Euromonitor International, jika merger ini terwujud, akan tercipta sebuah entitas raksasa yang menguasai sekitar 85% pasar transportasi daring di Indonesia, dengan nilai mencapai US$8 miliar.