Pengusaha Keluhkan Dampak Cuti Bersama Terhadap Produktivitas dan Perekonomian

Kebijakan cuti bersama yang kerap menyertai hari libur nasional menuai keluhan dari kalangan pengusaha. Mereka menilai, alih-alih mendorong perputaran ekonomi, cuti bersama justru berdampak negatif terhadap produktivitas dan menimbulkan beban finansial tambahan.

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyoroti jumlah hari libur dan cuti bersama yang signifikan dalam kalender nasional. Menurutnya, penambahan cuti bersama, di luar hari libur nasional, berpotensi menurunkan produktivitas industri. Perusahaan terpaksa meliburkan karyawan dan tetap membayar gaji penuh, tanpa adanya peningkatan output yang sepadan.

Tauhid mengkritik sifat wajib cuti bersama yang dianggap membatasi fleksibilitas karyawan. Ia berpendapat, idealnya, cuti diambil berdasarkan kebutuhan individu, bukan dipaksakan oleh perusahaan dengan memotong jatah cuti tahunan. Kebijakan cuti bersama, yang semula bertujuan untuk mendorong konsumsi dan pergerakan masyarakat, dinilai kurang efektif dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil.

"Dalam situasi ekonomi yang menantang seperti saat ini, banyak masyarakat memilih untuk tetap tinggal di rumah selama cuti bersama karena keterbatasan anggaran. Selain itu, kurangnya insentif tambahan membuat dampak perputaran ekonomi dari libur panjang menjadi tidak signifikan," ujarnya.

Tauhid menambahkan, apabila karyawan diberi opsi untuk tetap bekerja, aktivitas ekonomi justru dapat lebih bergairah. Pengeluaran untuk transportasi, makanan, dan minuman selama perjalanan ke kantor dapat berkontribusi pada perputaran uang. Ia menyarankan agar pemerintah membatasi cuti bersama pada momen-momen besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, serta memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengambil cuti sesuai kebutuhan masing-masing.