Pasca Gencatan Senjata, Rusia Intensifkan Serangan Udara dengan Ratusan Drone ke Ukraina

Gelombang serangan udara kembali menerjang Ukraina pasca berakhirnya masa gencatan senjata yang diumumkan Rusia. Angkatan Udara Ukraina melaporkan, lebih dari seratus pesawat nirawak (drone) diluncurkan oleh Rusia dalam serangan yang terjadi pada dini hari, Sabtu (11/5/2025).

Serangan masif ini mengakhiri periode relatif tenang setelah gencatan senjata selama 72 jam yang diumumkan Rusia berakhir pada tengah malam. Selama masa gencatan senjata, meski kedua belah pihak saling tuduh atas pelanggaran, tidak ada laporan mengenai serangan drone yang signifikan.

Menurut keterangan Angkatan Udara Ukraina, serangan drone dimulai sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Tercatat 108 drone serang Shahed dan berbagai jenis drone lainnya digunakan dalam operasi ini. Sistem pertahanan udara Ukraina berhasil mencegat dan menghancurkan sekitar 60 drone yang diluncurkan Rusia. Namun, sisa drone yang lolos diperkirakan menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

Eskalasi konflik ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang sedang berlangsung. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menolak usulan gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan oleh negara-negara Eropa dan didukung oleh Amerika Serikat. Alih-alih menerima usulan tersebut, Putin menawarkan perundingan langsung dengan Kyiv yang rencananya akan diadakan di Istanbul pada tanggal 15 Mei.

Putin menyatakan bahwa Rusia tidak menutup kemungkinan untuk menyetujui gencatan senjata baru selama perundingan tersebut. Namun, tawaran perundingan ini mendapat tanggapan skeptis dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menilai bahwa usulan Putin 'tidak cukup' dan mengindikasikan adanya upaya Rusia untuk mengulur waktu.

Berikut poin penting dalam berita ini:

  • Rusia melancarkan 108 serangan drone ke Ukraina setelah gencatan senjata berakhir.
  • Ukraina mengklaim telah menembak jatuh 60 drone.
  • Putin menolak gencatan senjata 30 hari yang diusulkan Eropa.
  • Putin mengusulkan perundingan dengan Kyiv di Istanbul pada 15 Mei.
  • Macron menilai usulan Putin 'tidak cukup'.