Gelombang panas diperkirakan melanda Kota Madinah, Arab Saudi, dengan suhu mencapai puncaknya 45 derajat Celsius. Kondisi ekstrem ini, berdasarkan pantauan tim kesehatan haji, meningkatkan potensi gangguan kesehatan bagi para jemaah yang tengah menjalankan ibadah haji.

Menghadapi tantangan cuaca ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah proaktif untuk melindungi kesehatan para jemaah haji. Distribusi logistik kesehatan, termasuk oralit dan masker, menjadi prioritas utama. Setiap jemaah haji menerima satu kotak oralit dan masker sekali pakai yang disalurkan melalui Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK).

Inisiatif ini bertujuan untuk meminimalisir beban jemaah dalam membawa perlengkapan pribadi sekaligus memastikan mereka memiliki akses terhadap perlindungan kesehatan yang memadai. Selain itu, tim kesehatan di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) juga aktif membagikan masker kepada jemaah yang baru tiba, sebagai langkah preventif untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan dehidrasi.

"Langkah ini diambil sebagai upaya preventif untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan dehidrasi di tengah cuaca panas ekstrem Arab Saudi," ungkap dr. Mohammad Imran, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi.

Distribusi oralit menjadi krusial untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat aktivitas fisik dan paparan suhu tinggi. Sementara itu, masker berfungsi sebagai pelindung saluran pernapasan dari debu, polusi udara, dan potensi penularan virus. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pneumonia, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serangan jantung, dan stroke merupakan penyakit yang sering diderita jemaah haji Indonesia selama periode 2018–2024.

Oleh karena itu, pemberian masker dan oralit menjadi bagian integral dari strategi pencegahan penyakit dan perlindungan kesehatan jemaah haji di tengah kondisi cuaca ekstrem. Upaya ini diharapkan dapat membantu jemaah menjalankan ibadah haji dengan lebih aman dan nyaman.