Terpilihnya Paus Leo XIV: Gelombang Reaksi di Amerika Serikat, Antara Dukungan dan Kritik
Reaksi Beragam di AS atas Pemilihan Paus Leo XIV
Pemilihan Paus Leo XIV sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik telah memicu beragam reaksi, terutama di Amerika Serikat. Sementara beberapa kalangan menyambut gembira terpilihnya seorang warga negara AS sebagai Paus, kelompok konservatif, khususnya pendukung gerakan Make America Great Again (MAGA) yang diasosiasikan dengan mantan Presiden Donald Trump, menyuarakan kritik dan kekhawatiran.
Kritik ini bermula dari jejak digital Paus Leo XIV sebelum menjabat sebagai Paus, yang saat itu dikenal sebagai Monsinyur Prevost. Unggahan-unggahan lamanya di media sosial, khususnya platform X, mengungkapkan pandangannya yang kritis terhadap beberapa kebijakan Trump, termasuk isu imigrasi dan hak asasi manusia. Pandangan ini memicu reaksi keras dari tokoh-tokoh konservatif.
Kritik dari Tokoh Konservatif:
- Laura Loomer: Aktivis konservatif ini menuduh Paus Leo XIV sebagai sosok yang anti-Trump, anti-MAGA, dan bahkan menyamakannya dengan Paus Fransiskus sebagai seorang Marxis. Tuduhan ini mencerminkan polarisasi politik yang tajam di AS, di mana pandangan agama seringkali terkait erat dengan ideologi politik.
- Steve Bannon: Mantan penasihat Trump yang juga seorang Katolik, Steve Bannon, mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi konflik antara Paus Leo XIV dan Trump. Ia memperkirakan akan ada gesekan, terutama terkait kebijakan imigrasi, mengingat pandangan Paus yang dianggap progresif.
Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV:
Sebelum terpilih sebagai Paus, Monsinyur Prevost aktif di media sosial dan sering membagikan pandangan sosial dan politiknya. Beberapa contoh unggahannya yang menjadi sorotan:
- Kritik terhadap JD Vance: Ia pernah mengunggah artikel yang mengkritik Wakil Presiden JD Vance, seorang tokoh konservatif Katolik, dengan pernyataan bahwa "Yesus tidak meminta kita untuk mengurutkan kasih kita kepada sesama." Unggahan ini memicu perdebatan tentang bagaimana nilai-nilai agama seharusnya diterapkan dalam kebijakan publik.
- Komentar tentang Pertemuan Trump-El Salvador: Ia juga mengomentari pertemuan antara Trump dan Presiden El Salvador terkait penggunaan penjara kontroversial, dengan mempertanyakan apakah mereka tidak melihat penderitaan dan apakah hati nurani mereka tidak terusik.
- Pembagian Surat Paus Fransiskus: Paus Leo XIV juga pernah membagikan surat Paus Fransiskus yang mengkritik kebijakan imigrasi Trump, karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Katolik.
Dukungan dan Harapan untuk Kerja Sama:
Terlepas dari kritik yang muncul, Donald Trump secara terbuka menyatakan dukungan terhadap terpilihnya Paus Leo XIV. Ia menyebutnya sebagai "kehormatan besar bagi Amerika Serikat" dan menyatakan bahwa Vatikan telah menghubunginya untuk menjadwalkan pertemuan. JD Vance juga memberikan respons diplomatis, mengucapkan selamat dan berharap dapat bekerja sama dengan Vatikan di masa depan.
Konferensi Uskup Katolik AS juga menyampaikan rasa bangga atas terpilihnya seorang warga negara AS sebagai Paus. Mereka menekankan bahwa Paus Leo XIV kini milik seluruh umat Katolik dan semua orang yang berkehendak baik, serta memuji pesannya tentang perdamaian, persatuan, dan pelayanan kepada sesama.
Potensi Penerus Agenda Paus Fransiskus:
Paus Leo XIV diperkirakan akan melanjutkan agenda-agenda sosial yang diperjuangkan oleh Paus Fransiskus, seperti perlindungan terhadap imigran, penanganan krisis iklim, dan perjuangan melawan rasisme. Meskipun demikian, ia juga menegaskan sikap Gereja yang menolak aborsi, yang sejalan dengan pandangan konservatif, termasuk yang dianut oleh Trump. Hal ini menunjukkan bahwa posisinya tidak sepenuhnya bertentangan dengan sayap kanan dan membuka peluang untuk dialog dan kerja sama dalam isu-isu tertentu.