Wacana Akuisisi GoTo oleh Grab: Analisis Dampak dan Kekhawatiran Monopoli Asing
Isu akuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) oleh perusahaan ride-hailing asal Singapura, Grab, tengah menjadi sorotan tajam. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa transaksi korporasi ini berpotensi rampung pada kuartal kedua tahun 2025. Kendati demikian, wacana ini menuai beragam reaksi, terutama dari kalangan ekonom yang mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap pasar domestik.
Pergerakan saham GOTO pada Jumat (9/5/2025) menunjukkan respons positif, dengan kenaikan 1,23% ke harga Rp 82 pada sesi perdagangan pagi. Analis Teknikal Senior Sucor Sekuritas, Reyhan Pratama, menilai bahwa isu akuisisi ini dapat menjadi katalis positif jangka pendek bagi pergerakan saham GOTO. Apalagi, valuasi yang mencapai US$ 7 miliar dinilai sebagai angka yang cukup besar. Meski demikian, Reyhan mengingatkan investor untuk tetap mencermati risiko regulasi dan potensi kekhawatiran pasar terkait dominasi asing di sektor lokal.
Kekhawatiran Monopoli dan Dampak Terhadap Konsumen
Direktur Segara Institute, Piter Abdullah, menyoroti potensi monopoli yang dapat terjadi jika akuisisi ini terealisasi. Mengingat layanan yang ditawarkan oleh kedua perusahaan relatif serupa, konsumen dikhawatirkan akan kehilangan pilihan. Piter menekankan perlunya keseimbangan antara pemain lokal dan asing di industri digital, serta pengawasan yang ketat dari otoritas untuk mencegah dampak negatif bagi pelaku usaha lain dan konsumen.
Tanggapan GoTo Terkait Tawaran Akuisisi
Sekretaris Perusahaan GoTo, RA Koesoemohadiani, mengakui bahwa pihaknya menerima berbagai penawaran dari sejumlah pihak. Ia menegaskan bahwa Direksi memiliki kewajiban untuk menjajaki dan mengevaluasi penawaran tersebut secara cermat, dengan tujuan meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham. Koesoemohadiani juga menjamin bahwa perusahaan akan tetap memperhatikan kepentingan terbaik bagi mitra pengemudi, mitra UMKM, pelanggan, karyawan, dan seluruh pemangku kepentingan kunci.
Pandangan Ekonom: Perlindungan Data dan Nasionalisme
Ekonom senior Piter Abdullah menyampaikan beberapa poin penting terkait wacana akuisisi ini. Ia menekankan perlunya pengawasan dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo) terkait penguasaan data dan informasi. Jika data pengguna dikuasai oleh pihak asing, hal ini dapat memengaruhi perlindungan data pribadi. Selain itu, Piter juga mengangkat isu nasionalisme, mengingatkan bahwa GoTo merupakan perusahaan teknologi karya anak bangsa yang perlu mendapat perhatian khusus.
Kinerja Keuangan GoTo Kuartal I 2025
Di tengah isu akuisisi, GoTo mencatatkan perbaikan kinerja keuangan pada kuartal I 2025. Perusahaan berhasil membukukan laba sebesar US$ 10 juta atau sekitar Rp 165 miliar. GoTo juga mencatatkan perbaikan EBITDA yang disesuaikan sebesar US$ 470 juta menjadi US$ 480 juta. Rugi perusahaan juga menurun 36% menjadi Rp 275 miliar, sementara pendapatan bersih naik 37% menjadi Rp 4,2 triliun.
-
Potensi Dampak Akuisisi:
- Monopoli pasar
- Berkurangnya pilihan konsumen
- Dominasi asing di sektor digital
- Isu nasionalisme
-
Pentingnya Pengawasan Pemerintah:
- Perlindungan data pribadi pengguna
- Keseimbangan antara pemain lokal dan asing
- Mencegah dampak negatif bagi pelaku usaha lain dan konsumen
-
Kinerja Keuangan GoTo:
- Peningkatan laba
- Perbaikan EBITDA
- Penurunan rugi
- Kenaikan pendapatan bersih
Wacana akuisisi GoTo oleh Grab menjadi isu kompleks yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari ekonomi, regulasi, hingga nasionalisme. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah yang tepat untuk melindungi kepentingan konsumen, UMKM, dan sektor digital nasional.