Kunjungan Biksu Thudong ke Masjid Kauman Semarang: Simbol Toleransi dan Persaudaraan Lintas Agama

Puluhan biksu yang tengah menjalankan ritual Thudong, sebuah perjalanan spiritual dari Thailand menuju Candi Borobudur, baru-baru ini menyambangi Masjid Kauman di Semarang. Kunjungan ini menjadi sebuah momen yang mengharukan, memperlihatkan indahnya toleransi dan persaudaraan antar umat beragama di Indonesia.

Ketua Takmir Masjid Kauman, Hanif Ismail, mengungkapkan rasa terkejut dan bahagianya atas kunjungan tak terduga ini. Awalnya, ia mengira rombongan biksu tersebut akan langsung menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), namun ternyata mereka memilih Masjid Kauman karena tertarik dengan sejarah masjid tertua di Semarang ini.

Rombongan biksu yang berasal dari berbagai negara, termasuk Thailand, Indonesia, Malaysia, Kamboja, dan Amerika Serikat, disambut hangat oleh para takmir Masjid Kauman. Mereka diperkenalkan dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan diajak untuk mengenal lebih dekat sejarah Masjid Kauman. Para biksu diajak berkeliling masjid, mengamati arsitektur bangunan, dan belajar tentang ajaran Islam.

"Mereka hanya ingin tahu tentang apa itu masjid," ujar Hanif, "sehingga kami hanya menyampaikan sekadarnya, bahwa ini adalah tempat salat, tempat bersembahyang kalau bahasa mereka."

Hanif berharap, kunjungan ini dapat semakin mempererat tali persaudaraan antar umat beragama di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kerukunan antar umat beragama sebagai fondasi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Penasihat Yayasan Thudong, Suhu Shao Zheng, menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diberikan oleh masyarakat Indonesia. Ia mengaku baru pertama kali mengunjungi Masjid Agung Semarang dan terkesan dengan keindahan dan kebersihan masjid tersebut. Kunjungan ini menjadi kesempatan baginya untuk belajar tentang agama Islam.

"Di Indonesia banyak agama, ada enam agama. Inilah indahnya perbedaan. Dialog dengan masjid tadi bicara tentang toleransi agama," jelas Suhu Shao Zheng. Ia menambahkan bahwa para biksu merasa sangat diterima di Indonesia, baik di gereja, masjid, maupun kelenteng.

Suhu Shao Zheng menjelaskan bahwa Thudong adalah perjalanan kaki yang dilakukan para biksu untuk mengikuti jejak Sang Buddha. Mereka meninggalkan segala kemewahan dan menghadapi berbagai tantangan, seperti panas, hujan, dan kelelahan. "Thudong adalah kebersamaan, melepas semua kemewahan," ujarnya.

Kunjungan para biksu Thudong ke Masjid Kauman Semarang merupakan sebuah contoh nyata tentang bagaimana perbedaan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk membangun persaudaraan dan toleransi. Momen ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan dan saling menghormati antar umat beragama di Indonesia.