Presiden Prabowo Ungkap Peran Belanda dalam Tragedi Madiun 1948 dan Pemberontakan DI/TII
Presiden Prabowo Subianto menyoroti peran asing, khususnya Belanda, dalam sejumlah peristiwa sejarah penting di Indonesia, termasuk tragedi Madiun 1948 dan pemberontakan DI/TII. Pernyataan ini disampaikan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin, 5 Mei 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menekankan bahwa Indonesia seringkali terlalu patuh pada arahan negara-negara besar dan lembaga internasional. Ia menyoroti bagaimana campur tangan asing telah mewarnai sejarah Indonesia, terutama pada masa-masa awal kemerdekaan.
"Kita menjadi the good boy ya kan? Ada negara yang besar adalah negara yang kuat bilang ke kiri ya monggo, bilang ke kanan ya monggo, kita ikut. World Bank kita ikut, IMF kita ikut, globalisasi ya kita ikut," ujar Prabowo, menggambarkan ketergantungan Indonesia pada kekuatan eksternal.
Fokus utama Prabowo adalah tragedi Madiun 1948, yang menurutnya seringkali disalahpahami sebagai murni gerakan komunis. Ia mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh seperti Muso dan Semaun, yang terlibat dalam peristiwa tersebut, difasilitasi oleh Belanda.
"Peristiwa Madiun seolah-olah itu komunis, ternyata yang membawa Muso, Semaun semua itu adalah Belanda, difasilitasi oleh Belanda. Belanda kuasai Batavia, semua lapangan terbang dikuasai, bagaimana dia bisa sampai Madiun," tegas Prabowo.
Selain tragedi Madiun, Prabowo juga menyinggung keterlibatan Belanda dalam pemberontakan DI/TII. Ia menyebutkan bahwa dokumen-dokumen yang ada menunjukkan peran tokoh-tokoh seperti Snouck Hurgronje dan jaringan intelijen Belanda dalam dinamika pemberontakan tersebut. Ini mengindikasikan bahwa pergolakan di awal kemerdekaan tidak lepas dari upaya Belanda untuk mempertahankan pengaruhnya di Indonesia.
Prabowo juga menyampaikan keprihatinannya bahwa selama 28 tahun kemerdekaan, Indonesia tidak pernah benar-benar lepas dari campur tangan asing. Pengalaman dijajah oleh Belanda dan Jepang, serta berbagai pergolakan yang terjadi, membentuk pemikiran para perancang UUD 1945 tentang pentingnya menjaga kedaulatan negara.
- Tragedi Madiun 1948: Prabowo menekankan bahwa peristiwa ini tidak sepenuhnya merupakan gerakan komunis, melainkan ada peran fasilitasi dari Belanda.
- Pemberontakan DI/TII: Dokumen-dokumen menunjukkan keterlibatan tokoh-tokoh Belanda dan jaringan intelijen dalam pemberontakan ini.
- Ketergantungan pada Asing: Prabowo menyoroti bagaimana Indonesia seringkali terlalu patuh pada arahan negara-negara besar dan lembaga internasional.
Dengan mengungkap peran Belanda dalam tragedi Madiun dan pemberontakan DI/TII, Prabowo mengajak untuk memahami sejarah Indonesia secara lebih komprehensif dan kritis. Hal ini penting untuk membangun kesadaran akan ancaman campur tangan asing dan memperkuat kedaulatan negara.