Tragedi Hardiknas: Siswi SD di Samarinda Jadi Korban Pengeroyokan Pelajar SMP

Kekerasan Pelajar Nodai Peringatan Hardiknas di Samarinda

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, tercoreng oleh insiden kekerasan yang melibatkan pelajar. Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Jumat (2/5/2024). Insiden ini memicu keprihatinan mendalam di tengah semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan perlindungan anak.

Peristiwa nahas tersebut terjadi di sekitar Folder Perumahan Haji Saleh, wilayah Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir. Rekaman video amatir yang beredar luas di media sosial memperlihatkan aksi brutal para pelaku terhadap korban. Dalam video tersebut, korban terlihat didorong, dipukul, ditendang, dan bahkan diseret di tanah oleh para pelaku yang terdiri dari pelajar laki-laki dan perempuan. Tindakan keji tersebut direkam oleh salah seorang pelaku menggunakan telepon seluler.

Junaidi, ayah korban, mengungkapkan kesedihan dan kemarahannya atas kejadian yang menimpa putrinya. Ia menceritakan bahwa sebelum kejadian, putrinya menerima pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp dan kemudian dijemput oleh dua orang pelajar. Setibanya di lokasi kejadian, putrinya langsung menjadi sasaran kekerasan. Akibat pengeroyokan tersebut, korban mengalami luka memar di sejumlah bagian tubuh, termasuk kepala bagian belakang, punggung, dada, dan paha. Lebih dari itu, korban mengalami trauma psikologis yang mendalam.

"Saat melihat orang lain, dia langsung menangis. Sekarang dia masih sangat ketakutan dan belum bisa menceritakan banyak hal," ujar Junaidi dengan nada sedih.

Saat ini, korban sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Syahranie Samarinda. Sementara itu, pihak kepolisian dari Sektor Samarinda Seberang telah mengamankan sejumlah pelajar yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tersebut. Proses penyelidikan intensif sedang dilakukan untuk mengungkap motif di balik aksi kekerasan ini serta kemungkinan adanya pelaku lain yang terlibat.

"Saya sangat tidak terima dengan kejadian ini. Namun, prioritas utama saat ini adalah kesembuhan anak saya. Untuk urusan hukum, saya sepenuhnya mempercayakan kepada pihak kepolisian," tegas Junaidi.

Upaya Pendampingan Hukum dan Psikologis

Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk memberikan pendampingan kepada korban. Koordinator TRC PPA, Wheni Nurdina, menyatakan bahwa timnya akan mendampingi korban selama proses hukum berlangsung dan memastikan hak-haknya terpenuhi.

"Kami akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Saat ini, kami telah mengamankan anak ini, mengingat ia masih dalam tahap ujian sekolah," ujar Wheni.

TRC PPA juga berkoordinasi dengan pihak sekolah agar korban mendapatkan keringanan dalam menghadapi ujian sekolah akibat trauma yang dialaminya. Mereka menyadari bahwa kondisi psikologis korban sangat terganggu dan membutuhkan dukungan penuh.

"Korban mengalami gangguan psikologis yang signifikan dan luka-luka di sekujur tubuh akibat tindakan pengeroyokan oleh tujuh orang pelaku," jelasnya.

Kasus pengeroyokan ini menjadi sorotan tajam dan memicu diskusi tentang perlunya peningkatan pengawasan dan pembinaan terhadap pelajar, serta pentingnya menanamkan nilai-nilai moral dan etika sejak dini. Diharapkan, kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.