Bakso Ayam Murah Meriah Mas Lardi: Sensasi Kuliner Goceng di Tasikmalaya
Di tengah gempuran harga makanan yang terus merangkak naik, sebuah oase kuliner murah meriah masih dapat ditemukan di Tasikmalaya. Adalah mi bakso gerobakan Mas Lardi, yang menawarkan seporsi kebahagiaan hanya dengan Rp 5 ribu saja.
Fenomena harga mi bakso yang terjangkau ini menjadi daya tarik tersendiri. Di saat pedagang lain menjual mi bakso dengan harga minimal Rp 10 ribu, Mas Lardi tetap setia dengan harga 'goceng'-nya, sebutan populer untuk uang Rp 5 ribu. Penasaran dengan cita rasa dan porsinya, seorang reporter mencoba langsung mi bakso Mas Lardi yang berlokasi di depan SD Pengadilan, Jalan Tarumanagara, Kota Tasikmalaya.
Mas Lardi, yang sehari-harinya berjualan di dua lokasi strategis, yakni depan SD Pengadilan saat jam sekolah dan halaman eks Kantor Damri Tasikmalaya menjelang petang, dengan sigap menyiapkan pesanan 'goceng'. Dalam waktu kurang dari dua menit, semangkuk mi bakso siap disantap.
Porsi 'goceng' ini terdiri dari dua buah bakso ukuran sedang, lima bakso kecil, mi, sayuran, dan kuah panas yang menggugah selera. Rasanya ternyata tak mengecewakan. Gurih dan pedas berpadu dengan sempurna, berkat tambahan sesendok sambal. Tekstur baksonya kenyal, meski terbuat dari daging ayam, bukan daging sapi.
"Ini baksonya pakai daging ayam, bukan daging sapi. Kalau pakai daging sapi ya tidak terkejar (harga jualnya)," ungkap Mas Lardi, membuka rahasia di balik harga murahnya.
Meski menggunakan daging ayam, harga Rp 5 ribu tetap tergolong sangat murah. Bahkan, dengan uang yang sama, pembeli hanya bisa mendapatkan jajanan cilok tanpa campuran daging, mi, kuah, atau bumbu tambahan.
Mas Lardi mengaku melayani pembelian Rp 5 ribu karena sebagian besar pelanggannya adalah anak sekolah, sesama pedagang kaki lima (PKL), dan pengemudi ojek online (ojol) yang ingin menikmati mi bakso dengan harga terjangkau.
"Ya banyak yang beli anak-anak sekolah, sesama PKL atau ojol, yang kepengen jajan mi bakso. Jadi nggak apa-apa, beli Rp 5 ribu juga," ujar Mas Lardi.
Tentu saja, menjual bakso dengan harga Rp 5 ribu memberikan keuntungan yang minim. Namun, Mas Lardi berharap dapat mengkompensasi hal tersebut dengan kuantitas penjualan dan keberkahan dalam usahanya.
"Ya memang minim untungnya, tahu sendiri semua bahan makanan harganya naik terus. Tapi kan kalau yang belinya banyak, kerugian bisa ketutup, pasti ada untungnya. Lagi pula kita usaha kan nggak cuma cari untung, cari keberkahan juga," jelasnya.
Mas Lardi menambahkan, tidak semua pembeli memesan porsi Rp 5 ribu. Biasanya, hanya anak sekolah dan kalangan tertentu saja yang memilih porsi hemat tersebut.
"Jadi Rp 5 ribu itu setengah porsi, kalau seporsi Rp 10 ribu," katanya.
Lebih lanjut, Mas Lardi mengakui bahwa tahun 2025 menjadi tahun yang cukup berat bagi usahanya. Omzetnya mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, kondisi serupa juga dialami oleh pedagang mi bakso lainnya.
"Kalau untuk mi bakso tahun 2025 ini sedang turun, semua bilang begitu. Saya juga merasakan, tidak tahu apa sebabnya," keluhnya.
Meski demikian, Mas Lardi tidak menyerah dan akan terus menekuni usaha yang telah menjadi tulang punggung kehidupannya. "Tapi bersyukur saja, masih bisa berjualan juga sudah Alhamdulillah," tuturnya.
Kristian (28), salah seorang pelanggan, membenarkan harga mi bakso Mas Lardi yang sangat terjangkau. Namun, ia mengaku jarang membeli porsi Rp 5 ribu karena merasa tidak tega. Ia biasanya membeli porsi Rp 10 ribu.
"Kalau beli Rp 5 ribu jarang, kecuali kalau lagi nggak punya duit. Tapi memang kalau beli Rp 10 ribu atau seporsi, kita kekenyangan. Kan bakso sedangnya dapat 4 butir, belum yang kecil-kecilnya," kata Kristian.
Ia kerap menjadikan mi bakso Mas Lardi sebagai menu makan siang. "Sering jadi menu makan siang, baso disanguan (bakso tambah nasi). Murah meriah, kenyang," pungkasnya.