Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tengah bersiap menghadapi puncak musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung dari Juli hingga September 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan intensitas matahari selama periode ini.

Musim kemarau sendiri telah mulai memasuki wilayah Banyuwangi sejak pertengahan April, dan diperkirakan akan meluas ke wilayah dataran tinggi pada awal hingga pertengahan Mei. Kondisi ini ditandai dengan dominasi angin monsun timur Australia yang membawa massa udara kering dan dingin, sebagaimana dijelaskan oleh prakirawan BMKG Banyuwangi, Nur Rahmayani.

Salah satu perhatian utama yang perlu diwaspadai adalah peningkatan suhu yang signifikan akibat minimnya tutupan awan. BMKG menjelaskan bahwa kondisi ini menyebabkan paparan sinar matahari langsung ke permukaan bumi, sehingga meningkatkan potensi rasa panas dan terik yang menyengat. Meskipun demikian, BMKG menegaskan bahwa tidak ada indikasi terjadinya gelombang panas di wilayah Banyuwangi.

Untuk mengantisipasi dampak dari kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Beberapa langkah yang disarankan antara lain:

• Menjaga hidrasi: Konsumsi air yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi akibat peningkatan penguapan cairan tubuh melalui keringat.
• Melindungi diri dari paparan langsung sinar matahari: Penggunaan topi, payung, atau pakaian yang menutupi kulit dapat membantu mengurangi dampak buruk paparan sinar matahari.
• Mewaspadai gangguan pernapasan: Udara panas dan kering dapat memicu masalah pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Penggunaan masker disarankan untuk melindungi saluran pernapasan dari iritasi.

Dengan mengikuti imbauan dari BMKG dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan masyarakat Banyuwangi dapat melewati puncak musim kemarau dengan aman dan sehat.