Thunderbolts*: Kebangkitan Anti-Hero dalam Jagat Sinematik Marvel

Thunderbolts*: Harapan Baru di Tengah Keterpurukan MCU

Di tengah gempuran kritik terhadap kualitas film-film Marvel Cinematic Universe (MCU) belakangan ini, Thunderbolts* hadir sebagai angin segar. Film ini menceritakan tentang sekelompok anti-hero yang direkrut untuk menjadi tim pahlawan pengganti Avengers. Yelena Belova, yang diperankan oleh Florence Pugh, menjadi pusat cerita sebagai agen rahasia yang bekerja untuk Valentina Allegra de Fontaine, kini menjabat sebagai Direktur CIA. Yelena dilanda kegelisahan eksistensial, merasa hampa dengan pekerjaannya yang terus-menerus diisi misi berbahaya.

Keraguan Yelena mencapai puncaknya ketika ia bertemu kembali dengan Alexei, ayahnya. Ia mengungkapkan keinginannya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Di saat bersamaan, Valentina menugaskannya dalam sebuah misi krusial: mengawasi dan melenyapkan agen rahasia yang berkhianat di pusat riset OXE terpencil. Misi ini mempertemukannya dengan karakter-karakter unik seperti Walker, Ghost, dan Bob, yang diperankan oleh Wyatt Russell, Hannah John-Kamen, dan Lewis Pullman.

Lebih dari Sekadar Film Anti-Hero

Thunderbolts* berhasil menghindari jebakan film-film sejenis yang hanya mengandalkan aksi dan visual yang memukau. Film ini justru menempatkan drama karakter dan isu-isu psikologis sebagai fokus utama. Keputusan ini terbukti tepat, memberikan kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam film-film superhero modern. Film ini terasa lebih membumi, relatable, bahkan dengan keberadaan karakter antagonis berkekuatan dahsyat yang mampu melenyapkan penduduk New York.

Penulis skenario Eric Pearson dan Joanna Calo berhasil merajut benang merah antara karakter-karakter yang memiliki masa lalu kelam dan trauma mendalam. Yelena, Ghost, Walker, Alexei, dan Bucky Barnes (yang diperankan Sebastian Stan) adalah korban dari masa lalu yang menghantui mereka. Kehadiran villain yang memaksa mereka menghadapi trauma tersebut menjadi katalisator perubahan.

Sentuhan Humor yang Pas

Sutradara Jake Schreier piawai dalam menyeimbangkan unsur humor dan keseriusan dalam Thunderbolts. Film ini tetap mempertahankan ciri khas MCU dengan dialog-dialog cerdas dan momen-momen komedi. Namun, berbeda dengan film-film MCU sebelumnya, Thunderbolts** tidak memaksakan humor di setiap adegan. Momen-momen serius dibiarkan bergulir tanpa interupsi komedi yang tidak perlu, sehingga menciptakan pengalaman menonton yang lebih segar dan emosional.

Performa Akting yang Solid

Dari segi akting, Florence Pugh dan Lewis Pullman tampil menonjol. Pugh berhasil menghidupkan karakter Yelena yang kompleks, dengan segala keraguan dan keinginan untuk berubah. Pullman, di sisi lain, sukses memerankan Bob, karakter yang tampak lemah namun menyimpan potensi besar. Keduanya berhasil membangun chemistry yang kuat, menjadi jantung dari film ini. Klimaks film ini, yang terinspirasi dari film-film klasik seperti Being John Malkovich, Eternal Sunshine of the Spotless Mind, dan Inception, memberikan pengalaman menonton yang tak terlupakan. Thunderbolts memberikan harapan baru bagi masa depan MCU. Jika Fantastic Four* mengikuti jejak yang sama, bukan tidak mungkin MCU akan kembali berjaya.

Daftar Pemeran:

  • Florence Pugh sebagai Yelena Belova
  • Wyatt Russell sebagai John Walker / U.S. Agent
  • Hannah John-Kamen sebagai Ava Starr / Ghost
  • Sebastian Stan sebagai Bucky Barnes / Winter Soldier
  • David Harbour sebagai Alexei Shostakov / Red Guardian
  • Julia Louis-Dreyfus sebagai Valentina Allegra de Fontaine
  • Lewis Pullman sebagai Bob

Thunderbolts* saat ini tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.