Tragedi di Lapas Bukittinggi: Dua Narapidana Meninggal Dunia Akibat Konsumsi Minuman Oplosan Ilegal

Tragedi di Lapas Bukittinggi: Dua Narapidana Meninggal Dunia Akibat Konsumsi Minuman Oplosan Ilegal

Bukittinggi, Sumatera Barat digegerkan dengan insiden mengenaskan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA, di mana dua narapidana dilaporkan meninggal dunia setelah mengonsumsi minuman keras oplosan. Kejadian ini juga menyebabkan puluhan narapidana lainnya mengalami keracunan dan harus mendapatkan perawatan medis intensif.

Menurut keterangan resmi dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sumatera Barat, insiden bermula dari penyalahgunaan alkohol murni yang seharusnya digunakan dalam program pelatihan pembuatan parfum di dalam lapas. Alkohol tersebut, yang seharusnya digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat, justru diselundupkan dan dicampur dengan bahan-bahan lain seperti minuman sachet, es batu, dan air, untuk kemudian dikonsumsi secara ilegal oleh sejumlah narapidana.

Kronologi kejadian bermula ketika sejumlah narapidana secara diam-diam mengambil sekitar 200 mililiter alkohol dari fasilitas pelatihan pembuatan parfum. Alkohol ini, yang seharusnya digunakan oleh tamping (narapidana yang dipercaya) untuk membersihkan tato, justru dialihkan fungsinya dan digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan minuman keras oplosan ilegal. Campuran berbahaya ini kemudian dikonsumsi bersama-sama, yang mengakibatkan reaksi keracunan massal.

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bukittinggi segera merespons kejadian ini dengan melakukan investigasi mendalam. Kombes Pol Yessy Kurniati, Kapolresta Bukittinggi, mengonfirmasi adanya kejadian keracunan massal di Lapas Bukittinggi dan menyatakan bahwa satu orang narapidana meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bukittinggi. Sementara itu, puluhan narapidana lainnya dilarikan ke RS Ahmad Muchtar Bukittinggi untuk mendapatkan perawatan intensif. Sayangnya, satu orang lagi dilaporkan meninggal dunia di rumah sakit, sehingga total korban meninggal dunia menjadi dua orang.

Dampak dan Tindak Lanjut

Insiden tragis ini menyoroti sejumlah permasalahan serius dalam sistem pemasyarakatan, di antaranya:

  • Pengawasan yang Kurang Ketat: Kejadian ini mengindikasikan adanya celah dalam sistem pengawasan di dalam lapas, yang memungkinkan narapidana untuk mengakses dan menyalahgunakan bahan-bahan berbahaya.
  • Penyalahgunaan Fasilitas Pelatihan: Program pelatihan kemandirian yang seharusnya memberikan keterampilan positif bagi narapidana justru dimanfaatkan untuk kegiatan ilegal yang membahayakan.
  • Perdagangan Ilegal di Dalam Lapas: Adanya praktik pembuatan dan konsumsi minuman keras oplosan ilegal menunjukkan adanya jaringan perdagangan ilegal di dalam lapas yang perlu diberantas.

Kejadian ini menjadi pelajaran pahit bagi semua pihak terkait, termasuk petugas lapas, narapidana, dan masyarakat luas. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan pengawasan, memperketat keamanan, dan memastikan bahwa program pelatihan kemandirian benar-benar memberikan manfaat positif bagi narapidana tanpa disalahgunakan untuk kegiatan ilegal. Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran narapidana tentang bahaya penyalahgunaan alkohol dan narkoba, serta memberikan dukungan rehabilitasi bagi mereka yang memiliki masalah ketergantungan.

Insiden di Lapas Bukittinggi ini harus menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pemasyarakatan dan mengambil langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan. Keamanan dan kesejahteraan narapidana harus menjadi prioritas utama, dan semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan lapas yang aman, sehat, dan produktif.