Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berlanjut: Hamas Tekankan Implementasi Kesepakatan dan Tuntutan Komprehensif

Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berlanjut: Tekanan dan Tuntutan Meningkat

Delegasi Hamas telah tiba di Kairo, Mesir, pada Jumat (7 Maret 2025) untuk melanjutkan babak kedua negosiasi gencatan senjata di Gaza. Kedatangan ini menandai babak baru dalam upaya mencari perdamaian yang rapuh pasca-konflik. Perundingan yang difasilitasi oleh pemerintah Mesir ini bertujuan untuk memperkuat kesepakatan gencatan senjata tahap pertama yang dinilai masih lemah dan belum sepenuhnya memenuhi harapan semua pihak. Seorang pejabat Hamas menyatakan bahwa fokus utama delegasi adalah memastikan implementasi penuh kesepakatan yang telah ada, serta membahas tuntutan komprehensif untuk mencapai gencatan senjata permanen. Pertemuan dengan pejabat Mesir dijadwalkan pada hari Sabtu untuk membahas perkembangan terkini dan menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Hamas menegaskan kembali tuntutannya yang mencakup beberapa poin krusial. Mereka mendesak Israel untuk melaksanakan sepenuhnya kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui, termasuk membuka akses perbatasan untuk mempermudah penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang sangat membutuhkan. Lebih jauh, Hamas menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, penghapusan blokade yang telah berlangsung lama, dan rekonstruksi wilayah-wilayah yang hancur akibat konflik. Dukungan finansial yang dijanjikan dalam pertemuan puncak Arab di Kairo pekan lalu juga menjadi bagian penting dari tuntutan mereka. Selain itu, Hamas menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi mengenai pertukaran tahanan, termasuk pembebasan seluruh sandera Israel yang masih ditahan, beberapa di antaranya merupakan warga negara Amerika Serikat. Negosiasi ini dihadapkan pada tekanan internasional yang signifikan, khususnya terkait nasib sandera Amerika.

Pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Rabu (5 Maret 2025), yang memperingatkan warga Gaza akan menghadapi konsekuensi fatal jika sandera tidak segera dibebaskan, semakin menambah kompleksitas situasi. Peringatan tersebut muncul setelah pemerintah AS mengkonfirmasi adanya pembicaraan langsung antara pejabat AS dan Hamas, yang difokuskan pada pembebasan sandera Amerika. Tercatat, lima warga negara Amerika masih ditahan di Gaza, empat di antaranya dikonfirmasi telah tewas, sementara satu lainnya, Edan Alexander, masih diperkirakan hidup. Situasi ini semakin menggarisbawahi pentingnya negosiasi yang sedang berlangsung dan tekanan internasional yang menyertainya.

Tahap pertama gencatan senjata, yang berlangsung selama enam minggu relatif tenang, berakhir pekan lalu. Periode tersebut menandai pertukaran sandera antara Israel dan Palestina. Meskipun Israel mengusulkan perpanjangan tahap pertama hingga pertengahan April, Hamas bersikeras agar perundingan segera beralih ke tahap kedua untuk mencapai tujuan utama: penghentian permanen konflik. Dari 251 sandera yang awalnya ditahan oleh kelompok bersenjata Palestina sejak serangan Oktober 2023, 58 orang masih berada di Gaza, dengan 34 di antaranya telah dinyatakan tewas oleh militer Israel. Keberhasilan negosiasi tahap kedua ini akan sangat menentukan masa depan Gaza dan hubungan antara Israel dan Palestina. Perundingan ini bukan hanya soal gencatan senjata semata, melainkan tentang masa depan, rekonstruksi, dan pemulihan kepercayaan antara kedua belah pihak yang terluka.

Poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam perundingan ini meliputi:

  • Implementasi penuh kesepakatan gencatan senjata tahap pertama.
  • Pembukaan akses perbatasan untuk bantuan kemanusiaan.
  • Penarikan pasukan Israel dari Gaza.
  • Penghapusan blokade Gaza.
  • Rekonstruksi wilayah yang hancur.
  • Dukungan finansial.
  • Pertukaran tahanan, termasuk pembebasan sandera Amerika.

Hasil dari perundingan ini akan memiliki implikasi yang signifikan bagi stabilitas regional dan nasib jutaan warga sipil di Gaza.