Pekerja Disabilitas Serukan Kesetaraan dan Kepercayaan di Dunia Kerja

Momentum Hari Buruh menjadi wadah bagi Munandar Safri (38) dan Lifiana (30), pasangan suami istri yang bekerja di PT Omron Manufacturing Indonesia, untuk menyuarakan aspirasi mereka terkait inklusivitas di dunia kerja. Keduanya berharap perusahaan dan pemerintah memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada para pekerja disabilitas.

Lifiana menuturkan bahwa masih banyak perusahaan yang enggan mempekerjakan penyandang disabilitas karena kekhawatiran terkait keterbatasan fasilitas. Padahal, yang dibutuhkan hanyalah kepercayaan bahwa mereka mampu berkontribusi secara optimal. Ia mengungkapkan hal tersebut di sela-sela peringatan Hari Buruh di Monas, Jakarta Pusat.

Lifiana telah mengabdi selama 13 tahun sebagai operator produksi, sementara Munandar telah 12 tahun menjadi bagian dari tim teknik di PT Omron Manufacturing Indonesia. Mereka memandang perusahaan tempat mereka bekerja sebagai contoh ideal perusahaan yang inklusif dan menjunjung tinggi kesetaraan bagi seluruh pekerjanya. "Di tempat kami bekerja, semua karyawan memiliki status yang sama. Tidak ada perbedaan perlakuan. Bahkan, sebelum kami diterima, perusahaan telah melakukan sosialisasi untuk mencegah terjadinya diskriminasi," ungkap Lifiana.

Lebih lanjut, Lifiana menyampaikan keprihatinannya terhadap perusahaan-perusahaan yang belum siap menerima pekerja disabilitas dengan alasan ketidakmampuan menyediakan fasilitas yang memadai. Menurutnya, kebutuhan pekerja disabilitas tidak jauh berbeda dengan kelompok pekerja lainnya, seperti ibu hamil atau pekerja lanjut usia.

Ia mencontohkan fasilitas sederhana seperti pegangan jalan, toilet duduk, atau lantai anti-slip di kamar mandi yang sangat membantu bagi pekerja disabilitas. "Oleh karena itu, menurut saya, tidak masuk akal jika perusahaan menolak penyandang disabilitas hanya karena alasan fasilitas," tegasnya.

Lifiana juga menekankan pentingnya perusahaan untuk beradaptasi dengan kondisi fisik karyawan, bukan sebaliknya. "Misalnya, jika kaki pekerja menggantung saat duduk, perusahaan cukup menyediakan pijakan kaki," jelasnya.

Saat ini, PT Omron Manufacturing Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 20 penyandang disabilitas, yang sebagian besar merupakan tuna daksa dan tuna rungu.

Proses rekrutmen di PT Omron Manufacturing Indonesia melibatkan Balai Latihan Kerja (BLK) Cibinong, Bogor. Munandar dan Lifiana sendiri merupakan hasil rekrutmen melalui BLK. "Dulu, saya berasal dari Sulawesi Tengah, dan suami saya dari Aceh. Kami dibawa ke pusat pelatihan di Bogor. Setelah mengikuti pelatihan dan lulus tes, kami disalurkan ke perusahaan," jelas Lifiana.

Mereka berharap agar lebih banyak perusahaan yang aktif mencari tenaga kerja disabilitas melalui kanal-kanal resmi pemerintah. "Jika ada kemauan, perusahaan dapat mencari tenaga kerja disabilitas melalui dinas sosial. Kami bukan tidak mampu, tetapi belum diberi kesempatan," pungkas Lifiana.