Sentuhan Teknologi 3D: Mahasiswa Surabaya Abadikan Wajah Paus Fransiskus

Di tengah suasana duka mendalam atas kepergian Paus Fransiskus, seorang pemuda kreatif di Surabaya, Angelo Franklyn Wijaya ST, menemukan cara unik untuk mengenang sosok pemimpin spiritual umat Katolik tersebut. Alumni Universitas Surabaya (Ubaya) jurusan Teknik Mesin dan Manufaktur ini menciptakan sebuah karya seni yang menyentuh hati: replika wajah Paus Fransiskus yang dihasilkan melalui teknologi 3D printing.

Angelo mengungkapkan bahwa ide ini muncul dari kedekatan emosionalnya dan keluarganya sebagai umat Nasrani terhadap sosok Paus Fransiskus. Berita duka cita yang beredar mendorongnya untuk menciptakan sesuatu yang abadi sebagai bentuk penghormatan.

Proses pembuatan figur wajah ini bukanlah perkara mudah. Dengan dimensi lebar 25 cm dan tinggi 23 cm, dibutuhkan waktu sekitar 17 jam untuk mencetak detail wajah yang akurat. Angelo memilih filamen PETG sebagai bahan utama karena ketahanannya terhadap panas dan sinar matahari, menjamin karya seninya dapat bertahan lama.

"Awalnya, saya memilih model wajah yang paling sesuai," jelas Angelo. "Tidak semua model 3D yang tersedia memiliki tingkat akurasi yang memadai karena bukan hasil pemindaian langsung, melainkan pahatan digital oleh orang lain. Saya memilih model yang paling profesional dan mendekati kemiripan aslinya."

Saat ini, karya seni tersebut dipajang di laboratorium Ubaya, menjadi simbol bagaimana teknologi dapat menjadi jembatan antara perasaan dan keyakinan. Meskipun awalnya diciptakan untuk koleksi pribadi, Angelo membuka peluang bagi siapa saja yang ingin memiliki replika serupa.

"Sejauh ini, karya ini untuk pajangan pribadi di rumah. Tetapi, jika ada yang berminat memesan, saya terbuka untuk itu. Saya juga menerima pesanan custom," ujarnya.

Selain figur wajah, Angelo juga menawarkan jasa pembuatan lampu dan foto custom dengan teknik digital printing. Ia menggunakan bahan yang sedikit berbeda untuk menghasilkan warna yang lebih hidup dan tahan lama.

Perjalanan Angelo dalam dunia 3D printing dimulai sejak semester 5 perkuliahannya, namun ia baru menekuninya secara serius pada semester 7. Bahkan, proyek tugas akhirnya pun berkaitan erat dengan teknologi ini.

Baginya, 3D printing bukan sekadar alat produksi, melainkan sarana untuk mengekspresikan kreativitas, memecahkan masalah, dan membuka peluang bisnis yang menjanjikan. Ia menyadari bahwa teknologi ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

"Teknologi 3D printing sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000-an, tetapi belum komersial dan harga mesinnya sangat mahal, kualitasnya pun tidak sebaik sekarang. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi ini semakin diminati karena hasilnya semakin baik dan harganya semakin terjangkau," tambahnya.

Saat ini, selain figur wajah, Angelo juga memproduksi berbagai produk lain seperti gantungan kunci, lampu box, dan komponen-komponen lainnya.

"Untuk lampu box, harganya sekitar 200 ribu rupiah per set. Jika ingin menambahkan foto, ada tambahan biaya 50 ribu rupiah per foto. Tersedia pilihan monokrom dan berwarna," pungkasnya.