Manuver Politik Ria Norsan: Dari Golkar ke Gerindra, Sebuah Odyssey Kekuasaan di Kalimantan Barat
Ria Norsan: Kisah Politik yang Penuh Kejutan di Kalimantan Barat
Perjalanan politik Ria Norsan, mantan Gubernur Kalimantan Barat, adalah sebuah kisah yang penuh dengan liku-liku dan kejutan. Dari seorang pengusaha sukses yang berkarir puluhan tahun di Partai Golkar, hingga akhirnya berlabuh di Partai Gerindra, Norsan telah menorehkan jejak yang tak terlupakan dalam kancah politik Kalimantan Barat.
Awalnya, Norsan adalah kader setia Golkar. Ia bahkan sempat menduduki posisi strategis sebagai Ketua DPD Golkar Kalimantan Barat dan Bupati Mempawah selama dua periode. Namun, menjelang Pilkada Kalimantan Barat, hubungan Norsan dengan partai berlambang beringin itu mulai merenggang. Golkar lebih memilih untuk mengusung Sutarmidji, gubernur petahana, sebagai calon gubernur, meninggalkan Norsan yang merasa dikhianati.
Namun, roda politik terus berputar. Norsan mendapatkan angin segar ketika PDI Perjuangan, Partai Hanura, dan PPP memberikan dukungan kepadanya untuk maju sebagai calon gubernur. Ia pun berpasangan dengan Krisantus Kurniawan dan menantang petahana yang diusung oleh koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran. Hasilnya di luar dugaan, Norsan-Krisantus berhasil memenangkan Pilkada dengan perolehan suara yang signifikan.
Kemenangan ini mengantarkan Norsan ke kursi Gubernur Kalimantan Barat. Namun, kejutan tak berhenti di situ. Tak lama setelah dilantik, Norsan membuat pernyataan kontroversial bahwa dirinya bukanlah kader PDI Perjuangan, meskipun telah diusung oleh partai tersebut. Ia menegaskan bahwa dirinya maju sebagai calon non-partai, sebuah langkah yang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pengamat politik.
Dan puncaknya, Norsan secara resmi bergabung dengan Partai Gerindra. Ia menerima kartu tanda anggota (KTA) dari Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, dan menyatakan komitmennya untuk membesarkan partai tersebut di Kalimantan Barat. Langkah ini semakin menegaskan bahwa Norsan adalah seorang politisi yang pragmatis dan adaptif, yang mampu membaca arah angin politik dan mengambil keputusan yang strategis untuk mencapai tujuannya.
Kilas Balik Karier Politik Ria Norsan:
- Wirausahawan dan Kader Golkar: Memulai karier sebagai pengusaha dan aktif di Partai Golkar selama lebih dari tiga dekade.
- Bupati Mempawah: Menjabat sebagai Bupati Mempawah selama dua periode (2009–2018).
- Wakil Gubernur Kalimantan Barat: Naik kelas menjadi Wakil Gubernur Kalimantan Barat.
- Dikhianati Golkar: Tidak diusung oleh Golkar dalam Pilkada Kalimantan Barat, meskipun sebelumnya sempat mendeklarasikan pencalonan bersama dengan Sutarmidji.
- Diusung PDI-P: Mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan, Hanura, dan PPP untuk maju sebagai calon gubernur.
- Menang Pilkada: Memenangkan Pilkada Kalimantan Barat dan dilantik sebagai gubernur.
- Bukan Kader PDI-P: Menyatakan bahwa dirinya bukan kader PDI Perjuangan.
- Bergabung dengan Gerindra: Secara resmi menjadi kader Partai Gerindra.
Implikasi Politik
Keputusan Ria Norsan untuk bergabung dengan Gerindra tentu memiliki implikasi politik yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Norsan memiliki visi yang sejalan dengan perjuangan Partai Gerindra, terutama dalam mendukung program-program pemerintahan Presiden Prabowo. Selain itu, langkah ini juga dapat memperkuat posisi Gerindra di Kalimantan Barat, mengingat Norsan memiliki basis pendukung yang kuat di wilayah tersebut.
Namun, keputusan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang loyalitas dan prinsip politik Norsan. Bagaimana mungkin seorang politisi yang pernah dikhianati oleh Golkar, kemudian diusung oleh PDI Perjuangan, akhirnya memilih untuk bergabung dengan Gerindra, partai yang justru berkoalisi dengan Golkar dalam Pilkada Kalimantan Barat? Apakah ini adalah sebuah langkah yang pragmatis untuk mempertahankan kekuasaan, ataukah ada faktor lain yang melatarbelakangi keputusan tersebut?
Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Yang jelas, perjalanan politik Ria Norsan adalah sebuah kisah yang menarik untuk disimak, karena penuh dengan kejutan, drama, dan intrik yang mewarnai panggung politik Indonesia.