Ali Zainal: Strategi Mendidik Generasi Z dan Investasi Akhirat dalam Pola Asuh Jibril dan Mikhail
Ali Zainal: Strategi Mendidik Generasi Z dan Investasi Akhirat dalam Pola Asuh Jibril dan Mikhail
Ali Zainal, aktor dan presenter ternama, membagikan pengalamannya dalam membesarkan dua putra, Jibril Zainal Shahab dan Mikhail Habibie Shahab. Menariknya, ia mengungkap strategi uniknya dalam mendidik kedua anak yang memiliki karakteristik berbeda tersebut, terutama dalam konteks tantangan mendidik generasi Z. Jibril, yang kini telah menginjak usia dewasa (18 tahun), digambarkan sebagai sosok yang lebih pendiam, berbanding terbalik dengan Mikhail yang dikenal lebih ekstrover. Perbedaan kepribadian ini, menurut Ali Zainal, menuntut pendekatan yang terdiferensiasi dalam hal pendidikan dan pengasuhan.
Salah satu fokus utama Ali Zainal adalah pendidikan agama. Ia menyadari perbedaan mendasar dalam mendidik generasi Z, yang cenderung lebih resisten terhadap metode pengajaran konvensional. “Kita tidak menanamkan (pendidikan agama) secara langsung, tetapi lebih kepada memberi contoh,” ujar Ali Zainal dalam wawancara di acara Pagi Pagi Ambyar, Trans TV, Jumat (7/3/2025). Ia menekankan pentingnya keteladanan orang tua sebagai pondasi utama. Ali Zainal meyakini, pengajaran langsung akan kurang efektif tanpa contoh perilaku yang konsisten dari orang tua. “Mau kita didik sekeras apapun, jika orang tuanya tidak memberi contoh, itu percuma. Maka kita beri contoh, setelah itu baru kita berikan pendidikan dan konsekuensinya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ali Zainal menceritakan bagaimana ia menerapkan prinsip learning by doing dalam kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan kebiasaan salat subuh berjamaah di masjid sejak kecil, yang dilakukan bersama kedua putranya. Proses ini, kata dia, membentuk pemahaman dan kebiasaan beribadah secara alami. Meskipun menekankan pentingnya pengawasan, Ali Zainal juga menyadari pentingnya memberikan ruang kebebasan kepada anak-anaknya, terutama setelah mereka memasuki usia akil balig. “Saat mereka dewasa, tanggung jawab saya sebagai orang tua berkurang, tetapi selama mereka masih tinggal bersama saya, mereka tetap harus mengikuti aturan di rumah,” jelasnya. Komunikasi tetap terjaga melalui panggilan video, memastikan kesejahteraan dan perkembangan Jibril dan Mikhail.
Upaya Ali Zainal dalam mendidik kedua putranya tidak hanya berhenti pada aspek agama dan pendidikan formal. Ia mencoba untuk selalu terlibat aktif dalam kehidupan sosial anak-anaknya, bahkan sampai pada lingkup pertemanan mereka. “Saya ikut bermain bola, bermain game bersama mereka, saya kenal teman-teman mereka, bahkan saya sampai membuat kafe agar teman-teman mereka memiliki tempat nongkrong,” paparnya. Hal ini dilakukan agar Ali Zainal dapat lebih memahami dan terhubung dengan dunia anak-anaknya, menciptakan hubungan yang harmonis dan sejalan dengan perkembangan mereka.
Di akhir wawancara, Ali Zainal menekankan betapa pentingnya mendidik anak dengan penuh kesabaran dan komitmen. Baginya, mendidik anak bukanlah tugas mudah, tetapi investasi akhirat yang sangat berharga. Ia memberikan pesan yang sangat mengena, “Sekarang banyak yang saat ayahnya meninggal baru pakai calo untuk membaca Yasin, sementara pahala tetap berasal dari anaknya. Akhirat harus benar-benar diperhatikan.” Pesan ini menggarisbawahi pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter anak, bukan hanya untuk kehidupan duniawi, tetapi juga untuk bekal kehidupan akhirat.
Kesimpulannya, kisah Ali Zainal dalam membesarkan Jibril dan Mikhail memberikan gambaran bagaimana strategi pengasuhan yang tepat dan keteladanan orang tua menjadi kunci dalam mendidik generasi Z, sekaligus menekankan pentingnya investasi akhirat dalam pola asuh keluarga.