Indonesia Optimistis Tarik Investasi Migas Meski Hadapi Tantangan Global

Indonesia Optimistis Tarik Investasi Migas Meski Hadapi Tantangan Global

Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia dinilai masih memiliki prospek cerah di mata investor global. Keyakinan ini muncul di tengah berbagai tantangan yang ada, namun pemerintah dan pelaku industri sepakat untuk terus menjaga momentum eksplorasi demi memenuhi kebutuhan energi nasional dan mempertahankan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi asing.

Keyakinan ini mengemuka dalam Media Briefing Menuju IPA Convex 2025 yang bertajuk “Prospektivitas Migas Indonesia untuk Eksplorasi yang Atraktif dan Agresif”. Acara yang diselenggarakan di Jakarta ini menyoroti pentingnya upaya berkelanjutan untuk menarik minat investor di sektor migas.

Koordinator Pengawasan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yulianto, menekankan bahwa eksplorasi migas sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan energi fosil dalam satu dekade mendatang. Yulianto menjelaskan bahwa industri migas Indonesia tetap atraktif meskipun menghadapi berbagai kendala. Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing melalui perbaikan regulasi dan penyesuaian fiscal term agar sesuai dengan kebutuhan investor.

Lebih lanjut, Yulianto menambahkan bahwa daya saing sektor hulu migas Indonesia cukup kuat dibandingkan negara lain. Peningkatan minat investor terhadap joint study, yang saat ini mencapai 24 proyek, menjadi salah satu indikatornya. Untuk menjaga dan meningkatkan daya saing, perbaikan term and condition serta regulasi yang terkait perlu terus diupayakan. Koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, juga sangat penting untuk meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor.

Asnidar, Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, menambahkan bahwa daya saing Indonesia dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang lebih progresif, terutama untuk wilayah-wilayah frontier. Kebijakan ini mencakup pemberian insentif yang lebih besar bagi pelaku industri yang beroperasi di area frontier dengan keterbatasan akses, biaya eksplorasi yang tinggi, dan risiko yang lebih besar, seperti area laut dalam dan topografi yang menantang.

Dari 128 cekungan (basin) yang ada di Indonesia, sekitar 65 di antaranya belum tersentuh kegiatan eksplorasi, padahal memiliki potensi cadangan hidrokarbon yang signifikan. SKK Migas telah mengalokasikan anggaran hingga 300 juta dollar AS untuk mendukung eksplorasi di area-area terbuka. Ini menjadi momentum penting untuk mendorong eksplorasi migas di Indonesia.

Ruszaidi B Kahar, Senior Manager Exploration PETRONAS Indonesia, menegaskan komitmen perusahaannya untuk terus mendukung pengembangan energi di Indonesia. Ia menekankan bahwa investor mempertimbangkan berbagai faktor sebelum berinvestasi di suatu negara. Faktor-faktor tersebut meliputi kemudahan berbisnis, stabilitas nasional, kebijakan fiskal, dan kepastian hukum.

Ruszaidi berharap pemerintah dapat memberikan fiscal term yang lebih fleksibel, terutama untuk wilayah kerja dengan risiko tinggi. Indonesia memiliki posisi strategis dan sumber daya alam yang melimpah, yang jika dikelola dengan baik, akan menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama investasi energi global. Kunci utamanya adalah bagaimana memonetisasi potensi tersebut secara efektif.