Gelombang Kepedulian Lingkungan Muncul dari Generasi Muda Jambi, Aksi Protes Kreatif Digelar
Aksi Kolektif Anak Muda Jambi Suarakan Kepedulian Lingkungan
Kota Jambi menyaksikan lahirnya sebuah gerakan akar rumput yang diinisiasi oleh kaum muda. Keresahan akan dampak kerusakan lingkungan yang semakin terasa, terutama setelah banjir besar melanda kota saat perayaan Lebaran, memicu semangat kolektif untuk bertindak nyata. Lahirlah Gerakan Kawula Muda (GKM), sebuah koalisi yang menghimpun berbagai elemen kreatif untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan.
GKM merancang serangkaian kegiatan yang berlangsung selama sepuluh hari, mulai dari 22 April hingga 2 Mei 2025. Momentum ini sengaja dipilih bertepatan dengan peringatan Hari Bumi, Hari Buruh, Hari Pendidikan Nasional, dan World Press Freedom Day (WPFD), sebagai simbol keterkaitan antara isu lingkungan, sosial, dan kebebasan berekspresi.
Rangkaian Aksi Kreatif dan Edukatif
Agenda GKM meliputi berbagai kegiatan yang menggabungkan seni, edukasi, dan diskusi. Berikut adalah beberapa sorotan utama:
- Pertunjukan Seni: Menampilkan karya-karya seniman lokal dan nasional yang mengangkat isu-isu lingkungan dan sosial.
- Kelas Ekologi: Sesi edukasi interaktif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
- Diskusi Isu Papua: Forum diskusi untuk membahas permasalahan sosial dan lingkungan yang dihadapi masyarakat Papua.
- Gastronomi: Eksplorasi kuliner lokal yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
- Peluncuran Buku: Memperkenalkan karya-karya tulis yang menginspirasi perubahan positif.
- Konser Musik: Menghadirkan musisi yang peduli terhadap isu lingkungan dan sosial, seperti Band Sukatani.
Kearifan Lokal Sebagai Landasan Gerakan
Zander Deden, perwakilan GKM, menekankan bahwa gerakan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Melayu, seperti Langit Seleba Payung dan Bumi Seleba Dulang. Filosofi ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
"Sesungguhnya kita sedang mengangkat kembali pandangan leluhur tentang kesakralan semesta: bahwa langit dan bumi memiliki batas, dan kehancurannya adalah cermin dari kerusakan laku manusia itu sendiri," ujar Deden.
GKM menyadari bahwa perubahan sosial yang terjadi di Jambi turut memperparah kondisi lingkungan. Luas hutan Jambi yang terus menyusut menjadi perhatian utama.
Aksi Nyata dan Dukungan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban ekologis, GKM berkomitmen untuk menghitung emisi karbon yang dihasilkan selama kegiatan berlangsung dan menanam pohon di kawasan yang terdegradasi. Mereka berharap langkah ini dapat menginspirasi pemerintah dan korporasi untuk melakukan hal serupa.
Walhi Jambi turut memberikan dukungan terhadap gerakan ini. Dwi Nanto dari Walhi Jambi menyambut baik inisiatif generasi muda untuk menghentikan kerusakan lingkungan. Ia menekankan perlunya pemerintah untuk menurunkan laju deforestasi dan eksploitasi ruang hidup rakyat.
Puncak Acara dan Kebebasan Berekspresi
Puncak acara GKM akan digelar pada 2 Mei 2025, dengan talk show yang menghadirkan Band Sukatani dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi. Diskusi ini akan membahas isu-isu terkait kebebasan pers dan ekspresi, yang dianggap penting dalam menyuarakan permasalahan lingkungan dan sosial. Acara akan ditutup dengan penampilan Band Sukatani yang membawakan lagu-lagu bertema sosial dan lingkungan.