Saksi Mata Kekejaman Nazi Kembali ke Sachsenhausen: Peringatan 80 Tahun Pembebasan
Kenangan Pahit di Sachsenhausen: Peringatan 80 Tahun Pembebasan Kamp Konsentrasi Nazi
Jelang peringatan 80 tahun pembebasan kamp konsentrasi Sachsenhausen, ingatan kelam kembali menyeruak. Kamp yang terletak di utara Berlin ini menjadi saksi bisu kekejaman Nazi terhadap puluhan ribu tahanan dari berbagai negara. Tim penyelamat menemukan sekitar 3.000 tahanan yang selamat, namun ratusan lainnya meninggal dunia akibat perlakuan kejam.
Sebelum pembebasan pada 22 April 1945, lebih dari 30.000 tahanan dipaksa mengikuti "Pawai Kematian", sebuah perjalanan mengerikan menuju kamp-kamp lain. Ribuan nyawa melayang dalam pawai tersebut, menambah daftar panjang korban kekejaman Nazi di Sachsenhausen. Antara tahun 1936 dan 1945, diperkirakan 200.000 orang dari sekitar 40 negara mendekam di kamp ini dan kamp-kamp satelitnya. Puluhan ribu tewas akibat kelaparan, penyakit, penganiayaan, eksperimen medis, dan kerja paksa. Bahkan, pada musim gugur 1941, ribuan tawanan perang Soviet, termasuk banyak Yahudi, dibantai dengan cara ditembak di tenggorokan atau menggunakan gas di dalam truk-truk yang telah dimodifikasi.
Sachsenhausen bukan hanya sebuah kamp konsentrasi, melainkan juga model kamp dan pusat pelatihan bagi sistem kamp konsentrasi Nazi. Sejak 1938, kantor pusat administrasi seluruh sistem kamp konsentrasi berlokasi di sana. Nama Rudolf Höss, yang kemudian menjadi komandan kamp pemusnahan Auschwitz, juga tercatat dalam sejarah kelam Sachsenhausen. Ia dieksekusi sebagai penjahat perang pada tahun 1947.
Saksi Mata Terakhir Kembali
Dalam peringatan 80 tahun pembebasan Sachsenhausen, enam penyintas akan kembali mengunjungi kamp tersebut. Mereka dideportasi ke kamp konsentrasi atau subkampnya saat masih anak-anak dan remaja. Lima di antaranya berasal dari Polandia, sementara Mykola Urban dari Ukraina, yang lahir di Kharkiv pada tahun 1924, adalah yang tertua, berusia 100 tahun. Urban, yang mendukung perjuangan partisan selama Perang Dunia II, dideportasi ke Sachsenhausen pada tahun 1942. Di subkamp Falkensee, ia disiksa sebagai pekerja paksa dalam produksi tank. Menjelang akhir perang, ia berhasil melarikan diri dan bergabung dengan Tentara Merah Soviet dalam Pertempuran Berlin.
Kunjungan ini mungkin menjadi yang terakhir bagi Urban dan para saksi mata yang semakin lanjut usia. Direktur Yayasan Peringatan Brandenburg, Axel Drecoll, merasa bahwa kehilangan para penyintas adalah titik balik yang mendalam. Untuk menjaga sejarah tetap hidup, tempat-tempat peringatan seperti Sachsenhausen menyelenggarakan kegiatan seni, musik, dan lokakarya untuk generasi muda.
Menjaga Ingatan dan Melawan Lupa
Katrin Grüber, cucu seorang tahanan Sachsenhausen, yang merupakan ketua organisasi peringatan, menekankan pentingnya mengingat bahwa para tahanan adalah manusia, bukan hanya angka. Lagu-lagu yang ditulis oleh para tahanan dapat membantu kita membayangkan mereka. Kakeknya, Heinrich, seorang pendeta yang menentang rezim Nazi, dipenjara di Sachsenhausen dan Dachau karena membela orang-orang Yahudi. Melalui cerita keluarganya, Grüber menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan berharap dapat berdiskusi dengan keturunan korban Nazi lainnya saat peringatan 80 tahun pembebasan.
Grüber juga mengkritik perdebatan tentang migrasi dan pengungsi, menekankan bahwa manusia tidak boleh dikecualikan atau dijadikan kambing hitam. Drecoll juga menyampaikan keprihatinannya terhadap ancaman terhadap demokrasi di banyak negara dan menegaskan bahwa partai sayap kanan AfD tidak diizinkan meletakkan karangan bunga di Sachsenhausen.
Selain memperingati pembebasan kamp konsentrasi pada tahun 1945, peringatan juga akan diadakan untuk mengenang masa ketika Sachsenhausen diubah menjadi kamp khusus oleh Uni Soviet. Sekitar 60.000 orang dipenjara di sana antara tahun 1945 dan 1950, dan sekitar 12.000 meninggal karena kelaparan dan penyakit. Sejarah kelam Sachsenhausen akan terus diperingati agar kekejaman serupa tidak terulang kembali.
- Pawai kematian
- Kamp Konsentrasi
- Nazi
- Sachsenhausen