Universitas Paramadina Berduka atas Wafatnya Paus Fransiskus, Kenang Figur Kesederhanaan dan Kemanusiaan

Meninggalnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan Kepala Negara Vatikan, meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak di seluruh dunia. Universitas Paramadina turut menyampaikan belasungkawa atas kepergian tokoh spiritual yang dikenal luas karena kesederhanaan dan dedikasinya terhadap kemanusiaan.

Prof. Didik J. Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, dalam pernyataan tertulisnya mengungkapkan kesedihan mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus. Beliau menggambarkan Paus Fransiskus sebagai figur pemimpin spiritual yang mewariskan teladan luar biasa dalam kesederhanaan hidup, kehangatan hati, dan misi kemanusiaan yang melampaui batas-batas agama dan bangsa. Universitas Paramadina mengenang Paus Fransiskus sebagai sosok yang memiliki jiwa besar, seorang pemimpin yang merangkul semua golongan, memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, serta lantang menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan dan perdamaian dunia. Dalam setiap tindakannya, Paus Fransiskus menghadirkan wajah gereja yang penuh kasih, inklusif, dan berpihak pada kemanusiaan.

Menurut Prof. Didik, warisan yang ditinggalkan oleh Paus Fransiskus akan abadi dan terus menginspirasi berbagai kalangan lintas iman untuk bersama-sama membangun dunia yang lebih adil, beradab, dan penuh cinta kasih. Universitas Paramadina mendoakan agar Paus Fransiskus mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan.

Paus Fransiskus wafat pada usia 88 tahun setelah sempat dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Kabar wafatnya Paus Fransiskus menjadi berita utama di berbagai media internasional. Paus Fransiskus dikenal karena gaya kepemimpinannya yang sederhana dan dekat dengan masyarakat. Beliau sering kali terlihat berinteraksi langsung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang membutuhkan.

Salah satu permintaannya sebelum meninggal adalah agar dimakamkan dalam peti kayu sederhana di luar Vatikan, sebuah permintaan yang belum pernah terjadi selama lebih dari satu abad terakhir. Biasanya, para Paus dimakamkan di gua-gua bawah tanah di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Namun, Paus Fransiskus memilih Basilika Santa Maria Maggiore, yang terletak di seberang Sungai Tiber, Roma, sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Pilihan ini semakin menegaskan kesederhanaan dan kerendahan hati yang menjadi ciri khas kepemimpinannya.