Paus Fransiskus Akan Dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Melanggar Tradisi Vatikan
Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun, telah membuat permintaan khusus terkait pemakamannya, sebuah permintaan yang menyimpang dari tradisi yang telah lama dipegang oleh Gereja Katolik. Alih-alih dimakamkan di Vatikan, Paus Fransiskus meminta agar jenazahnya dikebumikan di Basilika Santa Maria Maggiore, salah satu dari empat basilika kepausan utama di Roma.
Keputusan ini menandai perubahan signifikan dari praktik pemakaman para paus sebelumnya. Selama berabad-abad, para pemimpin Gereja Katolik dimakamkan di dalam kompleks Vatikan, seringkali di Basilika Santo Petrus. Pilihan Paus Fransiskus untuk dikebumikan di tempat lain mencerminkan pendekatan uniknya terhadap kepemimpinan dan keinginannya untuk meninggalkan warisan yang berbeda.
Basilika Santa Maria Maggiore sendiri merupakan bangunan megah dengan sejarah yang kaya. Terletak di antara Piazza dell'Esquilino dan Piazza di Santa Maria Maggiore, basilika ini merupakan salah satu gereja Katolik terbesar di dunia. Didirikan pada abad ke-5 pada masa Paus Sixtus III, basilika ini dibangun untuk menghormati Perawan Maria. Arsitekturnya memadukan berbagai gaya, termasuk elemen Romawi Kuno dan Renaisans, dengan tambahan dekorasi dari abad ke-18. Salah satu fitur yang paling mencolok adalah langit-langitnya yang megah, dihiasi dengan mosaik abad ke-5 yang terpelihara dengan baik yang menggambarkan adegan-adegan dari kelahiran Kristus.
Paus Fransiskus memiliki hubungan yang mendalam dan pribadi dengan Basilika Santa Maria Maggiore. Dia sering mengunjungi basilika tersebut untuk berdoa, baik sebelum maupun sesudah perjalanan internasionalnya. Afeksi pribadinya terhadap gereja ini memainkan peran penting dalam keputusannya untuk menjadikannya tempat peristirahatan terakhirnya.
Keinginan Paus Fransiskus untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore pertama kali diungkapkan pada Desember 2023. Saat itu, ia menyatakan bahwa ia ingin dimakamkan di sana karena pengabdiannya yang besar kepada tempat tersebut. Dengan memilih lokasi pemakaman di luar Vatikan, Paus Fransiskus menjadi paus pertama sejak Leo XIII, yang meninggal pada tahun 1903, yang tidak dimakamkan di Basilika Santo Petrus.
Selain permintaan lokasi pemakaman, Paus Fransiskus juga meminta agar ia dimakamkan dalam peti kayu sederhana. Permintaan ini mencerminkan komitmennya terhadap kesederhanaan, sebuah nilai yang telah menjadi ciri khas kepausannya. Sementara banyak paus dimakamkan dalam peti yang lebih mewah, Paus Fransiskus memilih untuk dikebumikan dengan cara yang selaras dengan prinsip-prinsip kerendahan hati yang telah ia anut sepanjang hidupnya.
Keputusan Paus Fransiskus untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore dan dalam peti kayu sederhana memiliki makna simbolis yang mendalam. Tindakan-tindakan ini tidak hanya menyoroti pentingnya kesederhanaan tetapi juga menggarisbawahi keinginannya untuk dekat dengan umat dan untuk meninggalkan warisan spiritual yang langgeng. Dengan membuat pilihan-pilihan ini, Paus Fransiskus terus menginspirasi dan menantang Gereja Katolik dan dunia pada umumnya. Warisan kepemimpinannya akan terus dikenang sebagai contoh kebijaksanaan, kerendahan hati, dan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada imannya.