Adhesi Usus: Penyebab, Gejala, dan Penanganan Medis Terkini

Adhesi usus, atau perlengketan usus, merupakan kondisi medis yang terjadi ketika terbentuk jaringan parut abnormal di antara organ-organ dalam rongga perut dan dinding abdomen. Jaringan parut ini menyebabkan organ-organ tersebut saling menempel, membatasi pergerakan normalnya dan berpotensi menimbulkan komplikasi serius.

Penyebab Adhesi Usus

Faktor utama penyebab adhesi usus adalah trauma pada abdomen. Prosedur pembedahan di area perut menjadi penyebab paling umum, di mana sayatan dan manipulasi jaringan dapat memicu respons peradangan yang menghasilkan pembentukan jaringan parut. Selain operasi, kondisi lain juga dapat memicu adhesi, antara lain:

  • Peradangan dan Infeksi: Penyakit radang usus seperti Crohn, endometriosis (pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim), dan penyakit radang panggul dapat menyebabkan peradangan kronis yang memicu adhesi.
  • Dialisis Peritoneal: Prosedur cuci darah melalui rongga perut pada pasien gagal ginjal dapat meningkatkan risiko adhesi.
  • Radioterapi: Paparan radiasi pada area perut untuk pengobatan kanker dapat merusak jaringan dan memicu pembentukan jaringan parut.
  • Kelainan Kongenital: Dalam kasus yang jarang terjadi, adhesi usus dapat terjadi sejak lahir.

Adhesi usus dapat menyebabkan usus terputar, tertarik, atau tertekan, yang dapat mengganggu fungsi normalnya. Dalam kasus yang parah, adhesi dapat menyebabkan penyumbatan usus, kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan intervensi medis segera.

Gejala Adhesi Usus

Gejala adhesi usus bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi adhesi. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain mengalami gejala ringan hingga berat. Gejala umum adhesi usus meliputi:

  • Sakit Perut: Nyeri dapat bersifat tumpul, kram, atau tajam, dan dapat terlokalisasi atau menyebar ke seluruh perut.
  • Sembelit: Kesulitan buang air besar atau frekuensi buang air besar yang menurun.
  • Kembung: Perut terasa penuh, kencang, dan tidak nyaman.
  • Mual dan Muntah: Mual dan muntah dapat terjadi jika adhesi menyebabkan penyumbatan usus.
  • Kesulitan Buang Angin: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan gas dari usus.

Gejala adhesi usus dapat muncul segera setelah operasi atau berkembang bertahun-tahun kemudian. Penting untuk mencari perhatian medis jika Anda mengalami gejala-gejala ini, terutama setelah menjalani operasi perut.

Penanganan Adhesi Usus

Penanganan adhesi usus tergantung pada tingkat keparahan gejala dan ada tidaknya komplikasi. Dalam banyak kasus, adhesi tidak memerlukan pengobatan khusus dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, jika adhesi menyebabkan penyumbatan usus atau gejala yang mengganggu, intervensi medis mungkin diperlukan.

  • Pengobatan Konservatif: Untuk kasus adhesi ringan tanpa penyumbatan, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan konservatif, seperti:
    • Diet Cair: Mengonsumsi makanan cair untuk mengurangi beban pada usus.
    • Obat Pereda Nyeri: Obat pereda nyeri dapat membantu mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
    • Pemberian Cairan Intravena: Cairan intravena dapat membantu mencegah dehidrasi.
  • Pembedahan: Pembedahan mungkin diperlukan untuk melepaskan adhesi dan menghilangkan penyumbatan usus. Pembedahan dapat dilakukan melalui laparotomi (sayatan besar di perut) atau laparoskopi (sayatan kecil dengan bantuan kamera).

Perlu dicatat bahwa pembedahan untuk melepaskan adhesi dapat memicu pembentukan adhesi baru di lokasi lain. Oleh karena itu, pembedahan biasanya hanya dipertimbangkan jika adhesi menyebabkan komplikasi serius yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konservatif.

Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?

Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala berikut setelah menjalani operasi perut:

  • Nyeri perut yang parah dan terus-menerus
  • Pembengkakan atau kembung perut yang tidak biasa
  • Mual dan muntah yang tidak terkendali

Gejala-gejala ini dapat mengindikasikan penyumbatan usus yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.