Mahkota Binokasih Kembali ke Bogor Setelah Enam Abad, Simbol Kebangkitan dan Persatuan

Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi saksi sejarah dengan kembalinya Mahkota Binokasih Sanghyang Pake, pusaka Kerajaan Galuh yang pernah menjadi bagian dari Kerajaan Pajajaran di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi. Kirab akbar mengiringi kedatangan mahkota tersebut, menandai kembalinya artefak berharga ini setelah enam abad lamanya.

Bupati Bogor, Rudy Susmanto, menyatakan bahwa peristiwa ini merupakan momentum bersejarah yang merekonstruksi narasi masa lalu. Ia menjelaskan bahwa Mahkota Binokasih, setelah enam ratus tahun meninggalkan wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Bogor menuju Sumedang Larang, akhirnya kembali ke tanah asalnya.

Mahkota Binokasih, yang dibuat pada abad ke-14 oleh Prabu Bunisora Suradipati dari Kerajaan Galuh, merupakan simbol kebesaran dan legitimasi kekuasaan raja-raja Sunda. Terbuat dari emas murni seberat sekitar delapan kilogram dan dihiasi dengan batu giok lokal, mahkota ini menjadi representasi visual dari kejayaan masa lalu.

Dalam kirab tersebut, hadir sejumlah tokoh penting yang memiliki kaitan erat dengan sejarah Mahkota Binokasih, termasuk keturunan raja-raja Sumedang Larang. Kehadiran mereka memberikan semangat dan inspirasi bagi para pemimpin untuk melayani masyarakat dengan lebih baik.

Kembalinya Mahkota Binokasih ke Kabupaten Bogor dianggap sebagai simbol kebangkitan Bumi Tegar Beriman, Kuta Udaya Wangsa. Rudy Susmanto menekankan bahwa Kabupaten Bogor, sebagai bagian dari wilayah Pajajaran, menerima dukungan dan semangat dari para pemimpin Pajajaran yang hadir dalam acara tersebut. Filosofi yang terkandung dalam Mahkota Binokasih diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kemajuan daerah.

Bupati juga menekankan bahwa kirab mahkota ini merupakan momentum pemersatu, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat. Ia melihatnya sebagai simbol kebersamaan yang dapat merajut perbedaan yang ada di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat.

Rangkaian kirab Panji dan Mahkota Binokasih menempuh rute sekitar 6 kilometer, dimulai dari SMK Negeri 1 Cibinong dan berakhir di Auditorium Sekretariat Daerah, Cibinong. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Radya Anom Keraton Sumedang Larang, Raden Luky Djohari Soemawilaga beserta permaisuri, serta perwakilan dari berbagai kesultanan dan kerajaan lainnya, seperti Kesultanan Riau Lingga dan Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, hadir pula para pejabat daerah, seniman, dan budayawan Kabupaten Bogor.

Daftar Tamu Kehormatan:

  • Radya Anom Keraton Sumedang Larang, Raden Luky Djohari Soemawilaga beserta permaisuri
  • Salatin Asyrof Azzahro Trah Kesultanan, Andi Syahriansyah Alwi A
  • Forum Dzurriyat Kesultanan Banten, Tubagus Irwan Kurniawan
  • Kesultanan Riau Lingga, Teungku Armizan Al Quds
  • Kerajaan Pajajaran, Raden Zubair
  • Kerajaan Samudera Pasai, Syarif Haji Teuku Badrudin Syah
  • Panglima Puragabaya, Raden Dedi Kusmayadi
  • Dewan Karsian Keraton, Raden Endi Setiaji

Serta kehadiran Wakil Bupati Bogor, Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Danlanud ATS, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor, perwakilan Forkopimda Kabupaten Bogor, Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Bogor, Ketua TP PKK Kabupaten Bogor, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Ketua DWP Kabupaten Bogor, jajaran Pemerintah Kabupaten Bogor, para seniman dan budayawan Kabupaten Bogor. Acara ini menjadi bukti komitmen Pemerintah Kabupaten Bogor dalam melestarikan dan menghargai sejarah serta budaya bangsa.