Dedikasi Fany Rizkia: Garda Terdepan BPBD Jakarta Timur dalam Menghadapi Bencana

Di tengah gemerlap dan kompleksitas metropolitan Jakarta, terdapat kisah tentang dedikasi seorang perempuan muda yang tanpa lelah menjaga kota dari ancaman bencana. Fany Rizkia, seorang anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Timur, menjadi sosok inspiratif yang selalu siap siaga 24 jam untuk merespon setiap potensi kejadian darurat.

Fany, yang baru berusia 25 tahun, memahami betul bahwa pekerjaannya bukan sekadar rutinitas kantor. Baginya, ini adalah panggilan jiwa untuk melayani dan melindungi masyarakat. Meskipun jam kerja formalnya telah usai, ia selalu dalam kondisi siap tempur, bahkan di tengah malam sekalipun. Kesadaran bahwa bencana alam atau kejadian tak terduga lainnya dapat terjadi kapan saja, membuatnya senantiasa waspada.

"Jam kerja memang seperti biasa, tapi kenyataannya tidak selalu demikian. Di luar jam kerja pun, jika dibutuhkan, kami harus siap," ujar Fany, menggambarkan komitmennya yang tak kenal waktu.

Setiap hari, Fany menghadapi tantangan yang beragam. Ia tidak hanya dituntut memiliki fisik yang prima, tetapi juga mental yang kuat dan ketahanan emosional. Bekerja di BPBD berarti berhadapan langsung dengan situasi-situasi sulit dan memprihatinkan. Namun, rasa kemanusiaan yang mendalam menjadi bahan bakar yang mendorongnya untuk terus memberikan yang terbaik.

Peran perempuan dalam penanggulangan bencana seringkali dipandang sebelah mata. Namun, Fany membuktikan bahwa perempuan memiliki kontribusi yang signifikan. Di BPBD Jakarta Timur, anggota perempuan banyak terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan data, yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan strategi. Meski begitu, Fany dan rekan-rekan perempuannya juga tidak ragu untuk terjun langsung ke lapangan jika dibutuhkan, termasuk dalam operasi pencarian dan penyelamatan.

"Kami juga turun langsung, misalnya dalam penemuan jenazah atau pencarian orang hilang di sungai," jelas Fany, menepis anggapan bahwa perempuan hanya berperan di balik layar.

Motivasi Fany untuk bergabung dengan BPBD Jakarta Timur pada tahun 2023 berakar dari rasa kemanusiaan yang kuat. Ia ingin berkontribusi secara nyata dalam membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan. Baginya, setiap tindakan pertolongan yang diberikan adalah wujud nyata dari kepedulian dan solidaritas sosial.

"Motivasi saya adalah rasa kemanusiaan. Saya ingin saling tolong menolong saat orang lain membutuhkan," ungkap Fany dengan tulus.

Latar belakang pendidikan Fany mungkin tidak linier dengan bidang kebencanaan. Ia adalah seorang sarjana hukum yang baru lulus setahun sebelum bergabung dengan BPBD. Namun, ia tidak membiarkan hal itu menjadi penghalang. Baginya, ilmu hukum yang dimilikinya justru menjadi bekal berharga dalam memahami regulasi dan prosedur terkait penanggulangan bencana.

"Latar belakang pendidikan saya mungkin kurang sinkron, tapi saya yakin bisa memberikan kontribusi yang berarti," kata Fany dengan optimisme.

Kisah Fany Rizkia adalah cerminan dari semangat pengabdian dan dedikasi anak muda Indonesia dalam menghadapi tantangan kompleks di era modern. Ia adalah bukti bahwa dengan kemauan dan kerja keras, setiap orang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dedikasinya sebagai garda terdepan penanggulangan bencana patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda lainnya.