Negosiasi Gencatan Senjata Gaza: Netanyahu Tegaskan Penolakan Terhadap Syarat Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa operasi militer di Jalur Gaza telah mencapai fase krusial. Dalam pernyataan terbarunya, Netanyahu menegaskan komitmennya untuk membebaskan para sandera yang masih ditawan oleh Hamas, sambil secara tegas menolak untuk tunduk pada tuntutan kelompok tersebut.

"Saya percaya bahwa kita dapat membawa pulang para sandera kita tanpa menyerah pada diktat Hamas," ujar Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya.

Komentar ini merupakan respons langsung terhadap penolakan Hamas terhadap proposal gencatan senjata terbaru. Hamas bersikeras bahwa gencatan senjata permanen adalah prasyarat utama dalam setiap kesepakatan, sebuah posisi yang ditolak oleh pemerintah Israel. Kondisi ini semakin memperumit upaya mediasi yang bertujuan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Netanyahu menekankan pentingnya keteguhan dan kesabaran dalam mencapai tujuan Israel di Gaza. "Kita berada pada tahap kritis operasi militer, dan pada titik ini, kita membutuhkan kesabaran dan tekad untuk menang," katanya.

Khalil al-Hayya, kepala negosiator Hamas, sebelumnya menyatakan bahwa tawaran terbaru Israel sebagai "kesepakatan parsial" yang tidak memenuhi tuntutan inti mereka. Hamas mencari "kesepakatan komprehensif" yang mencakup penghentian total perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan dimulainya rekonstruksi wilayah tersebut.

"Kesepakatan parsial ini digunakan oleh Benjamin Netanyahu sebagai kedok untuk agenda politiknya… kami tidak akan terlibat dalam kebijakan ini," kata Al-Hayya, menegaskan penolakan mereka terhadap proposal yang dianggap tidak memadai.

Tawaran Israel yang ditolak Hamas mencakup gencatan senjata selama 45 hari di Jalur Gaza. Sebagai imbalannya, Israel menuntut pembebasan 10 sandera yang masih hidup. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Israel akan membebaskan 1.231 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel dan mengizinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Namun, seorang pejabat Hamas mengungkapkan bahwa Israel juga menuntut pelucutan senjata para pejuang Hamas sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang secara permanen. Tuntutan ini dianggap tidak dapat diterima oleh Hamas, yang melihatnya sebagai upaya untuk melemahkan kemampuan mereka untuk melawan pendudukan Israel.

Di tengah kebuntuan negosiasi, kelompok-kelompok kampanye Israel mendesak Netanyahu untuk memprioritaskan pembebasan para sandera, bahkan jika itu berarti mengakhiri operasi militer di Gaza. Mereka menuduh Netanyahu tidak memiliki strategi yang jelas untuk menyelesaikan krisis sandera.

"Ada satu solusi yang jelas, layak, dan mendesak yang dapat dicapai sekarang: mencapai kesepakatan yang akan membawa semua orang pulang -- bahkan jika itu berarti menghentikan pertempuran," kata Forum Sandera dan Keluarga Orang Hilang dalam sebuah pernyataan, mencerminkan meningkatnya tekanan publik pada pemerintah untuk menemukan solusi bagi kebuntuan tersebut.