Keterpurukan Berlanjut: AC Milan Telan Kekalahan, Sergio Conceicao Berang Soroti Kurangnya Respek

AC Milan kembali menelan pil pahit kekalahan di ajang Serie A, memicu amarah sang pelatih, Sergio Conceicao. Sempat bangkit usai membantai Udinese 4-0, harapan akan kebangkitan Rossoneri sirna seketika kala menjamu Atalanta di San Siro. Kekalahan 0-1 tersebut bukan hanya menyakitkan dari segi skor, namun juga mempertanyakan efektivitas formasi 3-4-2-1 yang diterapkan.

Formasi tiga bek yang diharapkan menjadi solusi, justru membawa Milan kembali ke titik awal. Pergantian taktik ke empat bek di tengah pertandingan pun tak mampu mengubah keadaan. Kekalahan ke-10 Milan di Serie A musim ini jelas membuat Conceicao geram. Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, ia tak hanya mengomentari jalannya laga, namun juga meluapkan kekesalannya atas kurangnya rasa hormat yang ia terima.

"Babak pertama berjalan seimbang, meskipun Atalanta lebih dominan dalam penguasaan bola," ujar Conceicao. "Kami bertahan dengan baik dan mampu menciptakan beberapa peluang." Ia menambahkan, timnya perlu meningkatkan kualitas umpan akhir, mengingat kesalahan kecil di level kompetisi tinggi bisa berakibat fatal.

Conceicao juga menyoroti gol cepat Atalanta di awal babak kedua yang mengubah jalannya pertandingan. Ia menjelaskan pergantian formasi bukan karena ketidakpuasannya terhadap formasi tiga bek, melainkan upaya untuk mengejar ketertinggalan.

Namun, puncak kemarahan Conceicao adalah mengenai rumor pergantian pelatih yang terus berhembus sejak ia menukangi Milan. Ia mengungkapkan, rumor tersebut mengganggu stabilitas tim.

"Sejak saya datang dan memenangkan Piala Super Italia, selalu ada pembicaraan tentang pelatih baru," keluhnya. "Bagi saya pribadi, itu bukan masalah. Namun, para pemain membaca berita, dan itu menciptakan ketidakstabilan dalam tim."

Conceicao merasa kurang dihargai atas pencapaian dan pengalamannya sebagai pelatih. "Orang-orang berbicara tentang musim depan seolah-olah pelatih Milan saat ini tidak memiliki pengalaman di dunia sepak bola," ujarnya.

Ia menegaskan, tekanan bukanlah hal baru baginya, namun kurangnya rasa hormat membuatnya sulit untuk bekerja. "Saya sudah bertahun-tahun berkecimpung di sepak bola, dan tekanan justru memotivasi saya. Datang ke lingkungan seperti ini menyenangkan, tetapi kurangnya respek membuatnya sulit."

Conceicao meminta publik untuk melihat pencapaiannya selama enam bulan terakhir, termasuk gelar Piala Super Italia, sebelum menghakiminya. Ia merasa terus-menerus dikaitkan dengan rumor pergantian pelatih, seolah-olah dirinya tidak ada di bangku cadangan.

"Bukan berarti saya baru datang dari planet lain, saya sudah menjadi pelatih selama 14 tahun," pungkasnya.