Perjuangan Inspiratif: Anak Penjual Nasi Goreng Asal Pandeglang Raih Impian Kuliah S2 di Harvard
Kisah Inspiratif dari Cibaliung ke Harvard: Perjalanan Panjang Muhamad Yani
Kisah inspiratif seorang pemuda bernama Muhamad Yani, anak dari penjual nasi goreng asal Desa Cibaliung, Pandeglang, Banten, telah menyebar luas di media sosial. Perjuangannya untuk meraih pendidikan tinggi, hingga akhirnya diterima di program S2 Universitas Harvard, menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Yani, melalui akun Instagram pribadinya, berbagi kisah perjalanan panjangnya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah mendaftar ke berbagai universitas ternama di dunia. Kegigihannya membuahkan hasil dengan diterimanya ia di Harvard University untuk program Human Development and Education di Harvard Graduate School of Education (HGSE). Tak hanya itu, Yani juga berhasil mendapatkan lebih dari 10 Letter of Acceptance (LoA) dari universitas-universitas bergengsi lainnya, termasuk Oxford dan Imperial College London.
Namun, perjalanan Yani tidak selalu mulus. Ia pernah ditolak oleh Universitas Colombia. Penolakan tersebut tidak membuatnya patah semangat, justru menjadi motivasi untuk terus berusaha.
"Ditolak UnCol, ini waktu aku semester 7 belum S-1. Tema: Yang penting coba dulu biar tahu rasanya daftar dan prosesnya kaya gimana," tulis Yani dalam unggahannya.
Setelah mencoba berbagai peluang, Yani diterima di Universitas Manchester, namun memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya di sana. Ia kemudian mencoba peruntungannya di Imperial College London dan berhasil lolos.
Gagal pada seleksi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahap pertama tidak menghentikan langkah Yani. Dengan tekad yang kuat, ia kembali mencoba pada tahap kedua dan akhirnya berhasil lolos, membuka jalannya untuk melanjutkan studi di Harvard.
"Unfortunatelly, LPDP batch 1 2024 belum lolos di tahap substansi. Akhirnya aku kuatkan lagi niat untuk LPDP batch 2 2024. Alhamdulillah, batch 2 2024, LPDP bisa lolos dengan pilihan Harvard, Oxford, dan Columbia ... Jalur Prasejahtera non-LOA," ungkap Yani.
Perjalanan panjang dan penuh perjuangan ini akhirnya mengantarkan Yani ke Universitas Harvard, sebuah impian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Duarrrr!!!! Terimakasih Allah Setelah berdarah-darah IELTS yg diminta 7.5 per section, 4 Essays, 1 SOP, dan lainnya, Allah izinkan untuk aku bisa diterima di IVY League, Harvard UniversityHuman Development and Education, HGSE," ujarnya dengan penuh haru.
Latar Belakang Keluarga dan Perjuangan Ekonomi
Wolipop berkesempatan mewawancarai Yani untuk mengetahui lebih dalam mengenai latar belakang keluarganya. Yani menceritakan bahwa kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh tani sebelum akhirnya beralih menjadi pedagang nasi goreng sejak tahun 2007.
"Saat itu ayah dan ibu bekerja sebagai buruh tani di sebuah kampung kecil bernama Citarum. Sampai tiba saya menginjak masuk sekolah TK dan berpindah ke Sukajadi dan bekerja sebagai pedagang nasi goreng sejak 2007 hingga sekarang," kata Yani.
Di usia 7-10 tahun, Yani dan keluarganya mengalami kesulitan ekonomi yang sangat berat. Mereka bahkan sempat tidur di jalanan selama 10 hari karena tidak mampu membayar kontrakan.
"Saya sekeluarga sempat diusir dari kontrakan karena tidak bisa bayar. Kami tidur di jalan 10 hari karena belum mendapatkan tempat tinggal," kenang Yani.
Yani hampir putus sekolah pada tahun 2018 karena ingin membantu perekonomian keluarga. Ia mulai memulung, membantu berjualan nasi goreng, hingga memberikan les privat untuk mendapatkan uang jajan.
"Saya hampir putus sekolah di tahun 2018, di semester akhir kelas 2 karena merasa ingin kerja dan bantu keluarga. Saya mulai jadi memulung rongsokan, bantu bapak jualan, hingga tutoring siswa hanya untuk mendapatkan uang jajan," ucap Yani.
Namun, berkat dukungan dari guru-gurunya di SMAN 5 Pandeglang, Yani berhasil melanjutkan pendidikannya hingga diterima di Universitas Udayana pada tahun 2019.
Selama kuliah, Yani mencari penghasilan tambahan untuk membiayai pendidikannya dan sekolah adiknya. Ia berjualan tahu dan menjadi event organizer.
"Sejak kuliah saya kuliah sembari jualan tahu dan freelance jadi event organizer untuk menambah uang dan membantu membiayai sekolah adik saya dan membantu perekonomian keluarga bersama kakak saya. Kakak saya terpaksa berhenti kuliah di semester empat karena ingin membantu saya kuliah di Bali," kenangnya.
Tekad yang kuat untuk meraih impiannya mengantarkan Yani untuk mendaftar S2 di luar negeri. Ia tak menyangka bahwa dirinya, yang berasal dari keluarga sederhana, bisa diterima di Harvard University.
"Saya tidak menyangka ternyata hidup sederhana dan tidak memiliki apa-apa ternyata bisa diterima di Harvard kampus paling bergengsi di dunia," tutur Yani.
Saat ini, Yani aktif sebagai pelatih bahasa Inggris, mengelola yayasan Leuweung Hub Foundation, dan bekerja part-time sebagai project manager.
Pesan Inspiratif Yani
Kisah Yani yang viral di media sosial membuatnya terharu dan bersyukur atas dukungan yang diterimanya.
"Saya sangat bersyukur karena banyak orang yang mendukung dan mendoakan dan terimakasih kepada media yang turut membantu sharing pengalaman saya. Semoga Allah membalas doa-doa baik dengan hal baik kepada mereka," kata Yani.
Saat dihubungi Wolipop, Yani sedang berada di Flagstaff, Arizona, Amerika Serikat, untuk mengikuti program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellowship.
"Mimpi itu gratis, hanya perlu keberanian dan tekad yang kuat untuk mewujudkannya apapun kendala dan masalahnya. Perjuangan beasiswa dan harvard nggak semudah yang orang lihat di Instagram atau TikTok, saya sempet sakit dan dioperasi karena tumor saat wawancara LPDP sampai gagal di batch pertama 2024. Tapi Alhamdulillah rezekinya di Harvard dengan LPDP di tahap 2," pesannya.
Kedua orang tua Yani sangat bangga dan memberikan restu atas pencapaian putranya.
"Mama dan bapak tidak banyak berkata tapi pelukan dan air mata yang aku terima adalah tanda betapa bangganya mereka," pungkas Yani.