Kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok Kewalahan, Antrean Truk Picu Kemacetan Panjang

Kemacetan parah yang melanda kawasan Tanjung Priok sejak beberapa hari terakhir menjadi sorotan utama. Gubernur Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan bahwa akar permasalahan kemacetan ini terletak pada ketidakseimbangan antara kapasitas pelabuhan dan volume truk yang masuk.

Menurut Pramono, kapasitas ideal Pelabuhan Tanjung Priok adalah sekitar 2.500 truk per jam. Namun, dalam beberapa hari terakhir, pelabuhan dipaksa menampung lebih dari 7.000 truk per jam, sebuah lonjakan yang signifikan dan tidak terantisipasi. Hal ini menyebabkan antrean panjang truk yang meluber ke jalan-jalan di sekitar pelabuhan, memicu kemacetan yang melumpuhkan aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.

"Penyebab utamanya adalah karena kapasitas yang hanya 2.500, dalam 3 hari ini dipaksakan untuk menyelesaikan 7.000 lebih truk per jam," ujar Pramono dalam sebuah acara di Balai Kota Jakarta.

Pramono menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami masyarakat akibat kemacetan ini. Ia juga menekankan bahwa Pemerintah Provinsi Jakarta sedang berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatasi masalah kemacetan di Tanjung Priok.

"Pertama-tama saya mohon maaf atas kejadian yang terjadi di Tanjung Priok. Jalan tol, kemacetan yang luar biasa, dan berlangsung sampai dengan hari ini, saat ini," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, menjelaskan bahwa kemacetan juga diperparah oleh keterlambatan kedatangan tiga kapal asing di Terminal NPCT One. Keterlambatan ini menyebabkan penumpukan aktivitas bongkar muat dan berdampak pada kelancaran arus truk di pelabuhan.

"NPCT 1 ini kedatangan kapal yang seharusnya sudah datang satu minggu lalu. Tiga kapal ini, yang dua seharusnya datang minggu lalu, satunya lagi harusnya datang 24 jam sebelumnya," kata Drajat.

Pelindo juga mengakui adanya peningkatan volume bongkar muat menjelang libur panjang, yang semakin memperburuk situasi. Perusahaan mencatat adanya lonjakan order hingga 4.200 kontainer yang harus dirilis, padahal kemampuan idealnya hanya 2.500 kontainer.

Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi pada kemacetan di Tanjung Priok:

  • Kapasitas pelabuhan yang tidak memadai: Kapasitas ideal pelabuhan tidak sebanding dengan volume truk yang masuk.
  • Keterlambatan kapal: Keterlambatan kedatangan kapal menyebabkan penumpukan aktivitas bongkar muat.
  • Peningkatan volume bongkar muat: Lonjakan order menjelang libur panjang memperparah situasi.

Pemerintah Provinsi Jakarta dan PT Pelindo terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi kemacetan di Tanjung Priok dan memastikan kelancaran arus logistik di pelabuhan tersebut.