Solidaritas dan Rezeki di Tengah Kemelut Macet Tanjung Priok: Kisah Inspiratif dari Jalanan
Asa di Balik Kemacetan Panjang Tanjung Priok: Potret Solidaritas dan Perjuangan Hidup
Kemacetan akut yang melanda akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok beberapa waktu lalu mungkin menjadi mimpi buruk bagi sebagian besar pengguna jalan. Namun, di balik lautan kendaraan yang mengular tanpa ujung, tersembunyi kisah-kisah inspiratif tentang ketangguhan, solidaritas, dan perjuangan hidup yang patut disimak.
Dari warga yang bertransformasi menjadi pahlawan dadakan, tukang ojek yang merasakan limpahan rezeki tak terduga, hingga para sopir truk yang tegar menghadapi tantangan demi keluarga tercinta, semua kisah ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana manusia mampu beradaptasi dan saling membantu di tengah kesulitan.
Transformasi Dadakan di Tengah Kemacetan
Roni (52), seorang warga Kelurahan Sungai Bambu, melihat kemacetan parah sebagai peluang untuk membantu sesama dan mencari rezeki. Dengan bermodalkan niat baik, ia menawarkan berbagai bantuan kepada para pengemudi yang terjebak macet di Jalan Yos Sudarso. Mulai dari menyediakan makanan, minuman, hingga bensin eceran, Roni tak kenal lelah melayani kebutuhan para pengendara yang kelelahan dan kelaparan.
Banyak sopir truk yang enggan meninggalkan kendaraannya karena takut akan tindak kriminalitas atau pergerakan lalu lintas yang tiba-tiba. Roni hadir sebagai solusi, menjadi penghubung antara mereka dan warung-warung di sekitar lokasi. Ia bahkan membantu seorang pengemudi wanita yang kehabisan bensin dengan membelikan bahan bakar dan mengantarkannya ke tempat tujuan.
"Ada yang tanya, ‘Pak, boleh minta tolong enggak? Saya kehabisan bensin,’ ‘Tolong pak, bensin 5 botol pak’. Nanti saya cari bensin eceran, lari," ujarnya. Setelah itu, karena sang pengemudi kelelahan, Roni bahkan menyetir mobil tersebut menuju Kelapa Gading.
Ojek Pangkalan Kebanjiran Rezeki
Kisah serupa juga dialami oleh Yono (58), seorang tukang ojek pangkalan (opang) yang biasa mangkal di wilayah Sungai Bambu. Kemacetan telah membawa berkah tersendiri baginya. Jika biasanya ia hanya mendapatkan satu atau dua penumpang sehari, pada hari kemacetan parah, ia berhasil mengangkut hingga sepuluh penumpang.
"Alhamdulillah, ada dampak pemasukan, lumayan. Cuma ya gitu, di sini rebutan, jadi enggak antre," kata Yono. Sebagian besar penumpangnya adalah para pekerja yang panik karena terlambat masuk kantor akibat kemacetan yang melumpuhkan transportasi umum.
Ketegaran Sopir Truk Demi Keluarga
Di tengah kemacetan yang menguji kesabaran, Matsanun (46), seorang sopir truk kontainer, tetap tegar menjalankan tugasnya. Meskipun kaki terasa pegal karena harus terus menginjak kopling dan rem, ia tidak mengeluh. Baginya, tanggung jawab terhadap keluarga jauh lebih penting daripada rasa lelah fisik.
"Enggak (pegal), karena butuh. Lebih berat tanggungan keluarga daripada pegal injak kopling," ungkapnya. Matsanun menyadari bahwa kemacetan yang ia alami kali ini berbeda dari biasanya. Peningkatan aktivitas bongkar muat di pelabuhan menyebabkan antrean truk mengular dan memakan waktu berjam-jam.
Meski tidak tahu kapan antrean akan berakhir, Matsanun tetap bertahan dengan sabar. Ia menganggap setiap perjalanan sebagai pengorbanan, dan setiap pengorbanan sebagai wujud cinta untuk keluarganya di rumah.