Komentar Rasis Wali Kota Ourense Usai Kekalahan Real Madrid Menuai Kecaman
Kegagalan Real Madrid melaju ke babak selanjutnya di Liga Champions setelah dikalahkan Arsenal dengan agregat 1-5, menyisakan polemik di luar lapangan hijau. Gonzalo Perez Jacome, Wali Kota Ourense, Spanyol, melontarkan pernyataan yang memicu kontroversi dan kecaman luas.
Dalam cuitannya di platform X, Jacome mengkritik kebijakan transfer Real Madrid yang dianggapnya terlalu mengandalkan pemain berkulit hitam. Ia berpendapat bahwa klub ibu kota Spanyol itu keliru jika meyakini dapat meraih dominasi fisik semata-mata dengan merekrut pemain dari ras tertentu. Pernyataan ini sontak memantik reaksi keras dari netizen yang menuduhnya melakukan tindakan rasisme.
Komentar pedas Jacome muncul setelah Real Madrid menelan kekalahan 1-2 di kandang sendiri, Santiago Bernabeu, pada leg kedua perempatfinal Liga Champions. Kekalahan ini memastikan langkah Arsenal ke babak semifinal dengan keunggulan agregat yang cukup telak. Namun, alih-alih membahas taktik atau performa pemain, Jacome justru menyoroti komposisi pemain Real Madrid yang dianggapnya tidak proporsional.
Akibat komentarnya tersebut, gelombang kritik dan kecaman menghujani akun media sosial Jacome. Banyak warganet yang menuntut permintaan maaf terbuka, bahkan mendesak agar ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wali Kota Ourense. Mereka menilai bahwa pernyataan Jacome tidak pantas diucapkan oleh seorang pejabat publik dan mencerminkan pandangan yang diskriminatif.
Ironisnya, ini bukan kali pertama pemain Real Madrid menjadi korban rasisme. Vinicius Junior, penyerang asal Brasil, berulang kali mengalami perlakuan tidak menyenangkan selama bermain di La Liga. Klub pun telah mengambil langkah-langkah untuk membela pemainnya dan mengutuk segala bentuk diskriminasi rasial di sepak bola.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa rasisme masih menjadi masalah serius dalam dunia sepak bola, dan perlunya tindakan tegas untuk memberantasnya. Komentar yang dilontarkan oleh pejabat publik seperti Jacome justru memperkeruh suasana dan merusak citra sepak bola sebagai olahraga yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesetaraan.
Reaksi warganet terhadap cuitan Jacome sangat beragam. Sebagian besar mengecam keras dan menganggapnya sebagai ujaran kebencian. Namun, ada pula yang mencoba memahami sudut pandangnya dan berpendapat bahwa ia hanya ingin menyampaikan kritik terhadap strategi transfer klub. Terlepas dari perbedaan pendapat, satu hal yang pasti adalah bahwa komentar Jacome telah memicu perdebatan sengit tentang rasisme dalam sepak bola dan perlunya edukasi yang lebih baik untuk mencegah terjadinya diskriminasi rasial.