Pesona Mematikan Ular Hijau Ekor Merah: Kenali Lebih Dekat Reptil Berbisa Ini

Keindahan yang Menyimpan Bahaya: Ular Hijau Ekor Merah

Ular hijau ekor merah ( Trimeresurus albolabris ), seringkali disebut ular bangkai laut, adalah spesies ular berbisa yang dikenal karena penampilannya yang memukau. Dengan warna hijau cerah yang kontras dengan ekornya yang berwarna merah kecoklatan, ular ini seringkali menarik perhatian. Namun, dibalik keindahannya, ular ini menyimpan potensi bahaya yang mematikan.

Boedi Setiawan, seorang pemerhati satwa liar, menjelaskan bahwa ular hijau ekor merah memiliki ciri fisik yang cukup khas. Bentuk tubuhnya cenderung sedikit gemuk dan tidak terlalu panjang. Bagian kepala terlihat menonjol besar, memberikan kesan seperti kodok yang menempel pada leher yang lebih kecil. Warna hijau mendominasi bagian atas tubuh (dorsal), sementara bibirnya berwarna keputihan atau kekuningan. Ketika merasa terancam, ular ini akan menunjukkan belang-belang putih dan hitam pada bagian depan tubuhnya. Sisi bawah tubuhnya memiliki warna kuning terang hingga kehijauan. Pada ular jantan, garis kuning pada tubuhnya terlihat lebih mencolok.

"Bagian atas ekornya berwarna kemerahan, seperti memakai lipstik," kata Cak Boeseth, sapaan akrab Boedi Setiawan, menjelaskan asal mula sebutan "ular hijau buntut merah" atau "ular viper hijau".

Jenis ular lain yang mirip adalah ular viper timur ( Trimeresurus insularis ). Perbedaan utama terletak pada warna mata, di mana Trimeresurus insularis memiliki mata berwarna merah kecoklatan. Kedua spesies ini memiliki bisa yang kuat karena kandungan zat hemotoksin di dalamnya. Hemotoksin menyerang sel darah merah dan mengganggu proses pembekuan darah. Cak Boeseth mengungkapkan bahwa sekitar 50% kasus gigitan ular di Indonesia disebabkan oleh jenis ular ini, dengan tingkat fatalitas sekitar 2,4%.

Gaya Hidup dan Perilaku

Ular hijau ekor merah memiliki umur harapan hidup antara 9 hingga 11 tahun di alam liar. Habitatnya meliputi semak-semak, ranting pohon, dan area dekat aliran air. Insiden gigitan sering terjadi ketika manusia secara tidak sengaja mengganggu ular ini, terutama saat bekerja di kebun atau mencari rumput. Ular ini juga mengalami proses ganti kulit (moulting) setiap 30 hingga 40 hari. Musim kawin mereka biasanya terjadi selama musim hujan, antara bulan November dan Desember.

Dalam berburu, ular hijau ekor merah memiliki strategi yang unik. Ia akan membelitkan ekornya pada ranting pohon, sementara kepalanya tetap dalam posisi siap menyerang. Ketika mangsa mendekat, ular ini akan menyerang dengan taring panjangnya yang terletak di rahang atas. Bisa akan disuntikkan melalui taring tersebut, dan mangsa akan dicengkeram sebelum akhirnya ditelan. Makanan favorit ular ini meliputi katak, reptil, tikus, burung, dan mamalia kecil. Meskipun demikian, ular ini tidak akan ragu untuk menyerang manusia jika merasa terancam.

Bahaya Gigitan dan Penanganan

Gigitan ular bangkai laut dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat, sensasi terbakar, dan pembengkakan di sekitar area gigitan. Dalam kasus yang parah, gigitan ini dapat menyebabkan nekrosis (kerusakan jaringan) dan bahkan kematian. Cak Boeseth memperingatkan bahwa kematian dapat terjadi dalam waktu sekitar 15 menit jika tidak segera ditangani.

Saat ini, belum ada penawar racun (antivenom) khusus untuk bisa ular hijau ekor merah. Namun, penyuntikan serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero) dapat membantu proses penyembuhan. Pasien biasanya dirawat selama 5 hingga 7 hari dengan pemberian serum tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dan waspada ketika berada di habitat ular hijau ekor merah. Hindari mengganggu atau mendekati ular ini, dan segera cari pertolongan medis jika terjadi gigitan.