Kasus Tetanus Neonatorum di Gorontalo Picu Kewaspadaan terhadap Imunisasi Ibu Hamil

Gorontalo – Seorang bayi perempuan berusia 17 hari di Kabupaten Gorontalo terdiagnosis menderita Tetanus Neonatorum, sebuah kondisi serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani. Bayi tersebut, yang merupakan anak dari seorang ibu berusia 20 tahun, saat ini menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Aloei Saboe, Kota Gorontalo. Kasus ini menimbulkan keprihatinan di kalangan otoritas kesehatan setempat, terutama mengingat sang ibu tidak menerima imunisasi Tetanus Toksoid (TT) selama masa kehamilannya.

Tetanus Neonatorum merupakan penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti kejang otot, kekakuan, dan gangguan pernapasan pada bayi baru lahir. Penyakit ini umumnya muncul dalam rentang waktu 3 hingga 14 hari pasca kelahiran. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa, menegaskan bahwa imunisasi TT bagi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) merupakan langkah krusial untuk mencegah penularan penyakit ini kepada bayi.

Faktor Risiko dan Langkah Penanganan

Selain rendahnya cakupan imunisasi, praktik perawatan tali pusat yang tidak steril juga diduga menjadi penyebab infeksi pada kasus ini. Anang menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dan Puskesmas setempat untuk melakukan investigasi mendalam serta menyusun strategi pencegahan. Beberapa langkah yang telah direkomendasikan meliputi:

  • Pelacakan kasus persalinan untuk mengidentifikasi potensi risiko lainnya.
  • Penguatan surveilans kematian bayi guna memantau tren kesehatan neonatal.
  • Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dan perawatan bayi yang aman.
  • Kolaborasi dengan dukun beranak untuk memastikan praktik persalinan yang steril.

Peningkatan Cakupan Imunisasi

Meskipun terjadi peningkatan signifikan dalam cakupan imunisasi TT di Provinsi Gorontalo, kasus ini menunjukkan bahwa masih ada celah dalam perlindungan kesehatan ibu dan anak. Data terbaru menunjukkan:

  • Cakupan imunisasi TT ibu hamil meningkat dari 23,00% (2023) menjadi 48,70% (2024).
  • Cakupan imunisasi TT WUS naik dari 2,94% (2023) menjadi 5,38% (2024).

Namun, Anang menekankan bahwa peningkatan angka ini belum cukup jika masih ada kelompok rentan yang terlewat. "Satu kasus ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak lengah," tegasnya. Ia juga mendorong masyarakat untuk lebih proaktif dalam memeriksakan kehamilan dan memastikan imunisasi TT sesuai jadwal yang direkomendasikan.

Imbauan untuk Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mengimbau agar seluruh ibu hamil segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat dan memastikan mereka mendapatkan imunisasi TT. Selain itu, masyarakat juga diharapkan waspada terhadap gejala Tetanus Neonatorum, seperti:

  • Kekakuan otot yang tidak wajar.
  • Kesulitan menyusu atau bernapas.
  • Kejang pada bayi.

Jika ditemukan gejala tersebut, bayi harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis intensif. "Kesehatan ibu dan anak adalah prioritas utama kami," pungkas Anang.