Revolusi Medis: Transplantasi Rahim sebagai Solusi Infertilitas Absolut
Revolusi Medis: Transplantasi Rahim sebagai Solusi Infertilitas Absolut
Dalam beberapa tahun terakhir, transplantasi rahim telah menjadi salah satu terobosan medis paling signifikan bagi perempuan yang mengalami infertilitas absolut akibat ketiadaan atau disfungsi rahim. Prosedur ini tidak hanya menawarkan harapan baru bagi ribuan perempuan di seluruh dunia, tetapi juga telah membuktikan keberhasilannya dengan kelahiran puluhan bayi sehat. Menurut data terbaru, sekitar 90 perempuan telah menjalani transplantasi rahim, dengan 49 di antaranya berhasil melahirkan anak.
Kondisi Infertilitas Absolut dan Solusi Transplantasi Rahim
Infertilitas absolut akibat kondisi uterus (AUFI) memengaruhi sekitar 1 dari 500 perempuan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelainan genetik, histerektomi dini, atau ketidakfungsian rahim. Sebelumnya, pilihan utama bagi perempuan dengan AUFI hanyalah melalui ibu pengganti atau adopsi. Namun, dengan kemajuan teknologi medis, transplantasi rahim kini menjadi alternatif yang menjanjikan. Syarat utama untuk menjalani prosedur ini meliputi: - Usia di bawah 38 tahun - Berat badan sehat - Memiliki saluran indung telur yang berfungsi - Produksi sel telur yang memadai
Proses dan Tantangan Transplantasi Rahim
Transplantasi rahim adalah prosedur kompleks yang melibatkan tim multidisiplin. Operasi pengambilan rahim dari donor memakan waktu sekitar 8-12 jam, sementara pencangkokan membutuhkan waktu hingga 9-20 jam. Tantangan utama dalam prosedur ini adalah menjaga suplai darah dan mencegah penolakan organ. Untuk itu, penerima transplantasi harus mengonsumsi obat anti-penolakan dan menjalani pemantauan ketat pascaoperasi. Keberhasilan transplantasi biasanya ditandai dengan kembalinya siklus menstruasi, yang menunjukkan fungsi normal rahim dan ovarium.
Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Rahim
Percobaan pertama transplantasi rahim yang terdokumentasi terjadi pada tahun 2000 di Arab Saudi, meskipun berakhir dengan kegagalan akibat masalah suplai darah. Namun, keberhasilan pertama tercapai pada tahun 2014 di Swedia, di mana seorang perempuan berhasil melahirkan bayi sehat dari rahim yang ditransplantasikan. Sejak itu, prosedur ini telah dilakukan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, Turki, Korea Selatan, dan Inggris, dengan hasil yang semakin menjanjikan.