Kebijakan Tarif AS Dorong Penguatan Rupiah di Pasar Valas
Jakarta – Nilai tukar rupiah menunjukkan tren penguatan pada perdagangan Senin (14/4/2025), didorong oleh kebijakan terbaru pemerintah Amerika Serikat yang mengecualikan sejumlah produk elektronik dari pengenaan tarif impor. Kebijakan ini dinilai memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa keputusan AS untuk tidak memberlakukan tarif pada produk seperti telepon pintar, komputer, dan komponen elektronik lainnya turut memengaruhi pergerakan mata uang domestik. "Langkah ini meredakan ketegangan perdagangan global dan mendorong aliran modal ke pasar emerging markets, termasuk Indonesia," ujarnya.
Faktor lain yang turut mendukung penguatan rupiah adalah pelemahan indeks dolar AS, yang turun di bawah level 100 untuk pertama kalinya sejak Juli 2023. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap dampak negatif kebijakan tarif terhadap perekonomian AS.
Berikut beberapa poin kunci yang memengaruhi pergerakan rupiah: - Kebijakan tarif AS: Pengecualian produk elektronik dari tarif impor. - Indeks dolar AS: Melemah di bawah level psikologis 100. - Sentimen pasar: Respons positif terhadap kebijakan perdagangan global.
Meski demikian, Ariston mengingatkan bahwa pasar keuangan tetap dinamis dan rentan terhadap perubahan kebijakan atau sentimen global. "Pergerakan rupiah masih perlu diawasi, terutama terkait perkembangan kebijakan perdagangan AS dan respons pasar," tambahnya.
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi, rupiah tercatat menguat sebesar 9 poin (0,05%) menjadi Rp 16.787 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.796.