Lima Spesies Punah yang Berhasil Dihidupkan Kembali Melalui Teknologi Genetik

Kemajuan teknologi genetika membuka babak baru dalam upaya menghidupkan kembali spesies yang telah punah. Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia telah berhasil merealisasikan proyek de-extinction melalui berbagai metode mutakhir, mulai dari kloning hingga rekayasa genetika. Salah satu pencapaian terbaru adalah kelahiran dua ekor serigala purba hasil kloning oleh tim peneliti Colossal Business, yang dinamai Romulus dan Remus.

Berikut adalah beberapa spesies yang telah berhasil atau sedang dalam proses dihidupkan kembali melalui teknologi genetika:

  1. Quagga
  2. Spesies zebra daratan (Equus quagga quagga) yang punah pada 1883 akibat perburuan liar.
  3. The Quagga Project di Afrika Selatan berupaya mengembalikan spesies ini melalui seleksi breeding zebra modern.
  4. Alternatif lain adalah ekstraksi DNA dari sumsum tulang belakang kerangka quagga untuk proses kloning.

  5. Auroch

  6. Nenek moyang sapi domestik yang punah 700.000 tahun lalu.
  7. Habitat asli meliputi Afrika Utara, Asia, dan Eropa.
  8. Ilmuwan menggunakan metode back breeding dengan memilih sapi modern yang memiliki ciri fisik mirip Auroch.

  9. Merpati Penumpang

  10. Spesies burung (Ectopistes migratorius) yang punah sebelum abad ke-17.
  11. Revive & Restore berencana menyisipkan DNA merpati penumpang ke merpati ekor pita modern.
  12. Telur pertama direncanakan menetas pada 2025, dengan tujuan memulihkan ekologi hutan Amerika Utara.

  13. Harimau Tasmania

  14. Mamalia karnivora (Thylacinus cynocephalus) yang punah di kebun binatang pada 1936.
  15. Genomnya berhasil diurutkan pada 2017, dan RNA diekstraksi pada 2023.
  16. Dianggap sebagai kandidat terbaik untuk de-extinction meski masih menghadapi tantangan teknis.

  17. Dodo

  18. Burung besar (Raphus cucullatus) endemik Madagaskar yang punah akibat kolonialisasi Eropa.
  19. DNA-nya masih tersimpan di museum sejarah alam.
  20. Pada 2022, ilmuwan berhasil menyusun genom pertama dari spesimen yang diawetkan di Denmark.

Proyek-proyek de-extinction ini tidak hanya tentang menghidupkan kembali spesies yang hilang, tetapi juga tentang mempelajari evolusi dan ekologi masa lalu. Meski demikian, para ilmuwan masih harus menghadapi berbagai tantangan teknis dan etika dalam mewujudkan tujuan ini.