Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia Hadapi Gejolak Perdagangan Global
Indonesia didorong untuk memperkuat diplomasi ekonomi dengan China sebagai respons terhadap kebijakan proteksionis Amerika Serikat. Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, menekankan pentingnya membangun hubungan strategis dengan kedua negara adidaya tersebut guna mengurangi dampak negatif pada perdagangan nasional.
Dalam forum diskusi bertajuk Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global, Mari Elka menyatakan bahwa langkah diplomasi harus dilakukan secara proaktif. "Tidak hanya dengan AS, tetapi juga dengan China. Kita perlu membangun engagement yang berorientasi ke depan," ujarnya. Ia menambahkan, China saat ini juga menghadapi tekanan dari AS, sehingga peluang untuk menjalin kemitraan dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, semakin terbuka lebar.
Berikut beberapa poin kunci yang disampaikan oleh Mari Elka:
- Reformasi sistem ekonomi domestik untuk memperkuat ketahanan nasional.
- Kesiapan menghadapi trade diversion, termasuk antisipasi lonjakan impor akibat pergeseran arus perdagangan global.
- Pentingnya kolaborasi regional ASEAN dalam merespons tantangan ekonomi global.
- Komitmen terhadap aturan WTO dan konsistensi dalam menjalankan reformasi struktural.
Mari Elka juga mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak dalam kebijakan proteksionisme, melainkan fokus pada peningkatan daya saing melalui transformasi ekonomi. "Kepentingan nasional harus menjadi prioritas utama sebelum kita berkontribusi pada tatanan regional dan global," tegasnya. Ia mencontohkan langkah diplomasi yang telah diambil oleh pemerintah saat ini serta sinergi dengan negara-negara ASEAN lainnya sebagai upaya kolektif menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia.