Israel Perluas Zona Keamanan di Gaza, Tekanan Meningkat pada Hamas untuk Pembebasan Sandera

Eskalasi Konflik Gaza: Israel Perluas Zona Keamanan di Rafah dan Upaya Pembebasan Sandera

Ketegangan di Jalur Gaza terus meningkat seiring dengan pengumuman Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengenai perluasan zona keamanan yang kini mencakup wilayah Rafah, kota paling selatan yang berbatasan langsung dengan Mesir. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan tekanan pada Hamas agar segera membebaskan para sandera yang masih ditahan.

Dalam kunjungan ke koridor baru di wilayah tersebut, Katz menegaskan bahwa operasi militer Israel bertujuan untuk semakin mengisolasi Gaza. "Penduduk Gaza dievakuasi dari zona pertempuran, dan banyak daerah direbut serta ditambahkan ke zona keamanan Negara Israel, sehingga Gaza menjadi lebih kecil dan terisolasi," ujarnya, seperti dikutip dari BBC.

Katz juga menyampaikan ancaman bahwa serangan akan terus dilancarkan jika Hamas tidak segera membebaskan para sandera. "Seluruh Rafah akan dievakuasi dan diubah menjadi daerah keamanan. Inilah yang sedang kami lakukan sekarang," tegasnya kepada media Israel, Ynet.

Kontrol Koridor Strategis dan Dampak Kemanusiaan

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat ini telah menguasai Koridor Morag, sebuah wilayah bekas permukiman Yahudi yang strategis di antara Rafah dan Khan Younis. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut jalur ini sebagai "Philadelphia kedua," mengacu pada Koridor Philadelphia yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi militer Israel untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, sekaligus mempersempit ruang gerak Hamas. Namun, perluasan zona keamanan dan operasi militer yang berkelanjutan ini berdampak besar pada warga sipil Gaza.

Sejak dimulainya kembali operasi militer pada 18 Maret, dua pertiga wilayah Gaza telah dinyatakan sebagai zona "terlarang" atau berada di bawah perintah evakuasi, menurut laporan dari PBB. Organisasi dunia tersebut mencatat bahwa sekitar 390.000 warga Palestina, hampir seperlima dari total populasi Gaza yang mencapai 2,1 juta jiwa, telah kembali mengungsi tanpa tempat yang aman untuk dituju.

IDF sebelumnya telah memerintahkan evakuasi massal dari Rafah pada 31 Maret. PBB menyebut perintah tersebut mencakup 97 persen wilayah kota dan provinsi di sekitarnya, dengan total luas mencapai 64 kilometer persegi. Warga yang dievakuasi diarahkan menuju kamp tenda di daerah pesisir al-Mawasi, yang sebelumnya ditetapkan sebagai "zona kemanusiaan."

Rafah, yang sebelum perang dihuni sekitar 280.000 orang, kini nyaris kosong. Serangan darat yang dilancarkan IDF telah mengakibatkan sebagian besar wilayah kota tersebut hancur.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Selain pengungsian massal, PBB juga mengingatkan bahwa sejak 2 Maret, Israel telah memblokir pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Akibatnya, persediaan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar kian menipis. Situasi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut.

Bahkan selama jeda gencatan senjata di Gaza pada Januari, sekitar 100.000 warga sempat kembali ke Rafah. Namun, harapan akan stabilitas pupus ketika konflik kembali meletus pertengahan Maret lalu.

Perluasan zona keamanan Israel di Gaza dan operasi militer yang berkelanjutan telah menyebabkan penderitaan yang meluas bagi warga sipil. Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata segera, akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, dan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas.