Ekspansi PLTU: Indonesia Masuk Tiga Besar Negara Pembangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap Terbesar
Indonesia Masuk Jajaran Teratas Ekspansi PLTU Global
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang paling aktif dalam menambah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), menempati urutan ketiga global dengan penambahan sebesar 1,9 GW pada tahun 2024. Fakta ini terungkap dalam laporan terbaru Global Energy Monitor (GEM) berjudul "Boom and Bust Coal 2025: Tracking the Global Coal Plant Pipeline." Laporan tersebut menyoroti bahwa sebagian besar (80%) penambahan kapasitas PLTU di Indonesia ditujukan untuk kepentingan captive, yaitu untuk memenuhi kebutuhan energi industri tertentu.
Rincian Kapasitas PLTU di Indonesia
Menurut laporan GEM, Indonesia memiliki sejumlah besar PLTU captive, yaitu sebanyak 130 unit dengan kapasitas masing-masing 30 MW atau lebih, yang telah beroperasi. Selain itu, terdapat 21 unit PLTU lainnya yang masih dalam tahap pra-konstruksi dan konstruksi. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kapasitas PLTU terbesar kelima di dunia, mencapai total 54,7 GW.
Kontradiksi dengan Komitmen Iklim
Temuan ini menimbulkan pertanyaan terkait komitmen Indonesia terhadap transisi energi dan pengurangan emisi karbon. Meskipun telah berkomitmen untuk menghentikan pembangunan PLTU baru setelah tahun 2022 dan menargetkan penghentian penggunaan batu bara secara nasional pada tahun 2050, rencana penambahan kapasitas PLTU masih terus berjalan.
Peneliti Senior GEM, Lucy Hummer, menyoroti adanya ketidaksesuaian antara rencana pembangunan PLTU Indonesia dengan komitmen iklim yang telah dibuat. Moratorium pembangunan PLTU baru tidak berlaku bagi proyek-proyek yang telah masuk dalam rencana pasokan listrik nasional atau PLTU yang mendukung proyek strategis nasional dan industri hilirisasi mineral. Hal ini menunjukkan adanya prioritas pembangunan ekonomi yang masih bergantung pada energi batu bara.
Rencana Jangka Panjang dan Teknologi Pendukung
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060 bahkan mencantumkan penambahan kapasitas PLTU sebesar 26,7 GW dalam tujuh tahun ke depan, di mana 75% di antaranya adalah PLTU captive. Pemerintah berencana untuk menjaga PLTU tetap beroperasi hingga tahun 2060 dengan mengadopsi teknologi co-firing dan carbon capture and storage (CCS). Selain itu, PLTU yang sudah beroperasi direncanakan untuk diretrofit agar dapat menggunakan amonia, biomassa, dan bahkan nuklir.
Kritik Terhadap Teknologi yang Diusulkan
Namun, Lucy Hummer menilai bahwa strategi ini berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian daripada manfaat. Co-firing dengan biomassa dapat mendorong deforestasi, sementara teknologi CCS masih belum terbukti efektif secara komersial dan berpotensi menjadi solusi yang mahal dengan pengurangan emisi yang tidak pasti.
Tren Global Pengurangan Kapasitas PLTU
Laporan GEM juga mengungkapkan bahwa terdapat tren global pengurangan kapasitas PLTU di berbagai negara. Sebanyak 22 negara telah memangkas kapasitas PLTU batu bara mereka. Penghentian operasi PLTU di Uni Eropa meningkat signifikan, dari 2,7 GW pada tahun 2023 menjadi 11 GW pada tahun 2024, dengan Jerman sebagai kontributor terbesar. Inggris bahkan telah sepenuhnya menghentikan penggunaan batu bara sejak Perjanjian Paris.
Perbandingan dengan Negara Lain
Berbeda dengan tren global, Indonesia bersama dengan China, India, dan beberapa negara lainnya justru terus menambah kapasitas PLTU. China menempati posisi teratas dengan penambahan kapasitas PLTU sebesar 30,52 GW, diikuti oleh India (5,81 GW), Indonesia (1,9 GW), Bangladesh (1,26 GW), dan Korea Selatan (1,05 GW).
Implikasi dari penemuan ini cukup signifikan. Indonesia harus menyeimbangkan kebutuhan energi dengan komitmen lingkungannya, dan secara serius mempertimbangkan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
Daftar Poin Penting:
- Indonesia menempati urutan ketiga global dalam penambahan kapasitas PLTU pada tahun 2024.
- Sebagian besar penambahan kapasitas PLTU di Indonesia adalah untuk kepentingan captive.
- Rencana penambahan kapasitas PLTU di Indonesia dinilai bertentangan dengan komitmen iklim.
- Pemerintah berencana untuk menjaga PLTU tetap beroperasi hingga tahun 2060 dengan mengadopsi teknologi co-firing dan CCS.
- Tren global menunjukkan adanya pengurangan kapasitas PLTU di berbagai negara.