Perbandingan Arus Mudik Lebaran 2025: Kelancaran di Indonesia, Kepadatan di Malaysia

Arus Mudik Lebaran 2025: Studi Kontras Indonesia dan Malaysia

Perayaan Idul Fitri 1446 H/2025 di Indonesia dan Malaysia ditandai dengan tradisi mudik yang kuat, memicu pergerakan jutaan orang kembali ke kampung halaman. Meski kedua negara mayoritas Muslim ini menghadapi tantangan serupa dalam mengatur arus lalu lintas, terdapat perbedaan signifikan dalam pengalaman mudik yang dirasakan oleh masyarakat.

Kelancaran Relatif di Indonesia

Di Indonesia, arus mudik mulai terasa sejak H-10 Lebaran, dengan lonjakan kendaraan yang signifikan meninggalkan Jakarta melalui jalan tol. Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri mencatat peningkatan 37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk mengantisipasi lonjakan ini, Polri menggelar Operasi Ketupat 2025, berfokus pada kelancaran arus mudik dan balik. Puncak arus mudik terjadi pada H-3 Lebaran, dengan lebih dari 258 ribu kendaraan meninggalkan Jakarta melalui jalan tol.

Untuk mengatasi kepadatan, Polri menerapkan berbagai strategi rekayasa lalu lintas, termasuk:

  • Contraflow: Penggunaan jalur berlawanan arah untuk meningkatkan kapasitas jalan.
  • One Way: Sistem satu arah di ruas tol tertentu untuk memperlancar arus kendaraan.
  • Pengaturan Rest Area: Rekayasa lalu lintas di sekitar tempat istirahat untuk mencegah penumpukan kendaraan.

Meski sempat terjadi kepadatan di beberapa titik, secara umum arus mudik di Tol Trans Jawa terpantau lancar. Pada H+1 Lebaran, tercatat 1,9 juta kendaraan telah meninggalkan Jakarta melalui empat gerbang tol utama. Arus balik juga berjalan relatif lancar dengan penerapan rekayasa lalu lintas serupa. Puncak arus balik terjadi pada 5 April 2025, dan pada 8 April 2025, sistem one way dihentikan seiring normalnya kondisi lalu lintas.

Kepadatan dan Kemacetan di Malaysia

Berbeda dengan Indonesia, Malaysia mengalami kepadatan lalu lintas yang signifikan selama periode mudik dan balik Lebaran. Peningkatan volume kendaraan diperparah dengan libur Festival Qing Ming, yang mendorong warga Tionghoa juga melakukan perjalanan.

Otoritas Jalan Raya Malaysia (LLM) memperkirakan peningkatan lalu lintas hingga 2,77 juta kendaraan per hari di jalan raya utama. Pemerintah Malaysia memberlakukan diskon tol sebesar 50% untuk kendaraan pribadi pada tanggal 28-29 Maret 2025, dan kepolisian menggelar Operasi Selamat untuk mengatur lalu lintas. Meski demikian, kemacetan tetap tak terhindarkan.

Pada 28 Maret 2025, kepadatan lalu lintas mulai terjadi di sejumlah jalan raya utama, memaksa kendaraan melaju perlahan. Kemacetan dilaporkan terjadi di berbagai ruas tol, termasuk:

  • PLUS E1 (Sungai Buloh ke Bukit Tagar, Slim River ke Sungkai, Tapah ke Gopeng, Kuala Kangsar ke Changkat Jering, Perai ke Bertam)
  • Gombak ke Bengtong

Seorang pemudik bahkan menghabiskan 13 jam di jalan dari Bangi ke Terengganu, yang biasanya hanya membutuhkan 5-6 jam. Kemacetan berlanjut saat arus balik, dengan antrean kendaraan mencapai 20 Km di Jalan Tol Kuala Lumpur-Karak (KLK) pada 5 April 2025. Banyak pengemudi memilih jalur alternatif melalui perkampungan untuk menghindari kemacetan parah, bahkan sampai dibantu warga lokal untuk menemukan jalan yang benar.

Sejumlah kecelakaan selama arus balik juga memperparah kemacetan. Secara keseluruhan, pengalaman mudik di Malaysia pada Lebaran 2025 diwarnai dengan kepadatan dan kemacetan yang signifikan.

Analisis Perbedaan

Perbedaan suasana arus mudik di kedua negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Infrastruktur Jalan: Indonesia memiliki jaringan jalan tol yang lebih luas dan terintegrasi, terutama di Pulau Jawa, yang memungkinkan distribusi lalu lintas yang lebih baik.
  • Manajemen Lalu Lintas: Penerapan rekayasa lalu lintas yang efektif oleh Polri di Indonesia, seperti contraflow dan one way, membantu mengurangi kepadatan di titik-titik krusial.
  • Distribusi Waktu Mudik: Pemerintah Indonesia berupaya mengimbau masyarakat untuk mudik lebih awal guna menghindari penumpukan pada puncak arus mudik.

Meski demikian, kedua negara terus berupaya meningkatkan infrastruktur dan manajemen lalu lintas untuk memberikan pengalaman mudik yang lebih nyaman dan aman bagi masyarakat di masa mendatang.