Antisipasi Kenaikan Tarif Impor AS, Penjualan iPhone Melonjak di Tengah Kekhawatiran Konsumen

Lonjakan Penjualan iPhone Dipicu Kekhawatiran Kenaikan Tarif Impor AS

Kabar mengenai rencana implementasi tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap produk-produk dari China, termasuk iPhone, memicu kepanikan di kalangan konsumen. Kekhawatiran akan potensi kenaikan harga secara signifikan mendorong lonjakan penjualan iPhone di gerai-gerai Apple, terutama di Amerika Serikat.

Kunjungan Mendadak dan Pertanyaan Seputar Harga

Menurut laporan Business Times, toko-toko ritel Apple mengalami peningkatan pengunjung yang signifikan selama akhir pekan lalu. Para pegawai Apple melaporkan bahwa banyak pelanggan yang datang dengan rasa panik, menanyakan apakah harga iPhone akan segera naik.

"Hampir setiap pelanggan menanyakan apakah harga akan naik dalam waktu dekat," ungkap seorang karyawan Apple yang tidak ingin disebutkan namanya. Meskipun tidak sampai menciptakan antrean panjang seperti saat peluncuran produk baru, suasana di toko-toko Apple dilaporkan mirip dengan musim liburan.

Respon Konsumen Terhadap Ketidakpastian

Ketidakpastian seputar dampak tarif impor mendorong konsumen untuk segera membeli iPhone sebelum harga naik. Ambar De Elia, seorang pembeli dari Buenos Aires, mengaku mempercepat pembelian iPhone 15 untuk adiknya setelah membaca berita tentang potensi gejolak di pasar.

"Saya pikir semua orang di sini karena takut, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Kalau kami punya kesempatan membeli sesuatu dengan harga lebih murah, tentu saja kami akan melakukannya," kata De Elia.

Dampak pada Penjualan dan Laporan Keuangan Apple

Lonjakan minat beli ini berdampak positif pada penjualan Apple. Sumber yang mengetahui hal tersebut mengungkapkan bahwa penjualan di beberapa pasar utama tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Apple sendiri belum memberikan komentar resmi terkait lonjakan penjualan ini, namun diperkirakan akan memberikan penjelasan lebih lanjut pada laporan keuangan kuartal kedua fiskal yang akan dirilis pada 1 Mei mendatang.

Jika tren ini terus berlanjut, Apple berpotensi mencatat kinerja positif pada kuartal ketiga fiskal tahun ini. Perlu dicatat bahwa perangkat yang saat ini dijual masih berasal dari stok lama, sehingga dampak tarif baru kemungkinan baru akan terasa di kuartal berikutnya.

Kontras dengan Kondisi Pasar Saham

Menariknya, di tengah lonjakan penjualan iPhone, saham Apple justru mengalami penurunan di pasar modal. Dalam dua hari perdagangan terakhir, valuasi perusahaan anjlok lebih dari 500 miliar dollar AS. Penurunan ini merupakan yang terburuk dalam tiga hari sejak era gelembung dotcom pada tahun 2001.

Strategi Antisipasi Apple

Apple telah mengambil langkah-langkah antisipatif untuk meredam dampak tarif baru. Salah satunya adalah menimbun stok perangkat sebelum kebijakan tarif diberlakukan. Selain itu, Apple juga mulai mengalihkan sebagian produksi iPhone ke India, yang memiliki tarif lebih rendah dibandingkan China. Diversifikasi manufaktur juga dilakukan dengan memindahkan sebagian lini produksi ke Vietnam dan negara-negara lain seperti Irlandia, Thailand, dan Malaysia.

Prediksi Harga dan Upaya Stabilisasi

Analis dan pengamat industri kini mencoba memperkirakan dampak tarif impor terhadap harga iPhone. Beberapa pihak menduga harga perangkat tersebut bisa melonjak signifikan. Namun, Apple diperkirakan akan mengambil berbagai langkah untuk mencegah lonjakan harga, termasuk menekan pemasok dan bersedia menerima margin keuntungan yang lebih rendah.

Saat ini, harga iPhone flagship terbaru masih dimulai dari 999 dollar AS, harga yang belum mengalami perubahan sejak tahun 2017. Strategi Apple dalam menghadapi tantangan tarif impor ini akan menjadi perhatian utama di pasar global.