Praktik Blending BBM: Penjelasan Pakar ITB Soal Proses Pencampuran Bahan Bakar dan Implikasinya
Praktik Blending BBM: Penjelasan Pakar ITB Soal Proses Pencampuran Bahan Bakar dan Implikasinya
Kasus dugaan korupsi yang melibatkan Pertamina dan praktik blending BBM RON 90 menjadi RON 92 tengah menjadi sorotan publik. Tudingan pengoplosan bahan bakar ini memicu kekhawatiran akan kualitas Pertamax yang beredar di pasaran. Untuk meluruskan berbagai spekulasi, penting untuk memahami proses blending BBM secara teknis. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, pakar Konversi Energi Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan penjelasan komprehensif mengenai proses ini dalam acara Industrial Summit 2025 Kompas TV.
Zaenuri menjelaskan bahwa istilah 'blending', 'pencampuran', dan 'pengoplosan', meski terkesan berbeda, pada dasarnya memiliki arti yang sama dalam konteks produksi BBM. Ia menegaskan bahwa praktik blending merupakan hal umum dan legal dalam industri pengolahan minyak bumi di seluruh dunia. Proses ini bukanlah tindakan ilegal asalkan dilakukan sesuai prosedur dan standar kualitas yang ditetapkan.
Tahapan Blending BBM di Kilang
Proses produksi BBM di kilang dimulai dari destilasi minyak bumi. Destilasi pada suhu tertentu menghasilkan nafta, komponen dasar BBM dengan nilai oktan (RON) antara 80-90 (LOMC - Low Octane Mogas Component). Untuk meningkatkan nilai oktan, kilang dapat menggunakan beberapa proses pengolahan, seperti:
- Hidrokraking: Meningkatkan nilai oktan nafta LOMC menjadi 90-95.
- Reforming: Menghasilkan nafta HOMC (High Octane Mogas Component) dengan nilai oktan 95-105.
- Isomerisasi: Meningkatkan nilai oktan nafta HOMC hingga 105-115.
Setelah proses pengolahan tersebut, nafta dengan berbagai nilai oktan akan dicampur (blending) untuk mencapai nilai RON yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk menghasilkan Pertamax (RON 92), nafta RON 90 dan RON 95 dapat dicampur dengan perbandingan tertentu, misalnya 60:40.
Proses Pasca-Blending dan Penambahan Aditif
Setelah mencapai RON yang dibutuhkan, BBM akan melalui tahap pewarnaan untuk membedakan jenis BBM. Pertamax (RON 92) berwarna biru, Pertalite (RON 90) berwarna hijau, dan Pertamax Turbo (RON 98) berwarna merah. Selain pewarna, penambahan aditif detergen juga dilakukan pada Pertamax dan Pertamax Turbo untuk menjaga kebersihan komponen mesin dan optimalisasi kinerja mesin.
Manfaat aditif detergen antara lain:
- Menjaga kebersihan katup isap dan injektor.
- Mencegah pengurangan daya mesin.
- Mencegah pemborosan bahan bakar.
- Mencegah peningkatan emisi gas buang.
- Mempertahankan keamanan operasi mesin.
Proses penambahan pewarna dan aditif ini umumnya dilakukan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Zaenuri memberikan contoh lain proses pencampuran di TBBM, yaitu pembuatan B40 (campuran solar dan biodiesel) untuk biosolar subsidi. Hal ini menunjukkan bahwa pencampuran BBM di TBBM adalah praktik yang lazim dan bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan, selama sesuai standar dan regulasi yang berlaku.
Kesimpulannya, praktik blending BBM merupakan proses yang umum, legal, dan penting dalam industri pengolahan minyak bumi. Kejelasan proses ini diharapkan dapat meredam kekhawatiran publik terkait kualitas BBM dan mendorong transparansi dalam pengelolaan bahan bakar di Indonesia.