Ancaman Banjir Baja Murah China Mengintai Indonesia Pasca-Kebijakan Tarif Impor AS

Gelombang Tarif AS Memicu Kekhawatiran Lonjakan Impor Baja Murah ke Indonesia

Kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump kembali menciptakan turbulensi di pasar perdagangan global. Langkah proteksionis ini, yang bertujuan untuk mendorong produksi dalam negeri AS, berpotensi membawa dampak signifikan bagi Indonesia, khususnya dalam industri baja.

Sebelumnya, AS telah mengenakan tarif impor tinggi untuk baja dan aluminium. Meskipun dampak langsung kebijakan ini terhadap Indonesia terbatas, efek domino mulai terasa dengan adanya perubahan arus perdagangan global. Negara-negara eksportir baja utama, seperti China, mencari alternatif pasar untuk menyalurkan produk mereka.

Dampak Bagi Industri Baja Nasional

Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Setia Diarta, ekspor baja Indonesia ke AS memang relatif kecil. Namun, ancaman nyata terletak pada potensi lonjakan impor baja murah dari China ke kawasan ASEAN, termasuk Indonesia. Hal ini dapat memicu penurunan harga baja di pasar domestik dan menekan industri baja nasional.

Ekspor baja karbon Indonesia sendiri lebih banyak ditujukan ke Uni Eropa, dengan pangsa pasar mencapai 40%. Namun, sektor baja hilir, seperti stainless steel dan ferro alloy, yang sangat bergantung pada pasar AS, akan merasakan dampak yang lebih besar. Gangguan pada ekspor produk stainless steel ke AS dapat mempengaruhi para eksportir bahan baku stainless steel dari Indonesia.

Ancaman Bea Masuk Tambahan AS

Wakil Ketua Komite Eksekutif The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Ismail Mandry, mengingatkan bahwa Indonesia juga berpotensi terkena dampak pengenaan bea masuk tambahan (surcharge) oleh AS. Saat ini, Indonesia merupakan mitra dagang ke-15 terbesar bagi AS, dengan total impor mencapai 19 miliar dollar AS dan neraca perdagangan yang defisit. Kenaikan tarif impor yang tinggi akan semakin memberatkan upaya Indonesia untuk menembus pasar AS.

Mandry juga menekankan potensi pasar ASEAN, termasuk Indonesia, dibanjiri produk-produk China yang tidak dapat masuk ke AS akibat tarif tinggi. Hal ini menjadi perhatian utama bagi para pelaku industri baja nasional.

Strategi Krakatau Steel Menghadapi Tantangan

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk merespons situasi ini dengan mengambil langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuat posisinya di pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah. Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan, menyoroti pentingnya pembenahan tata niaga impor baja.

Krakatau Steel juga mendorong pengendalian praktik perdagangan tidak adil seperti dumping dan subsidi. Perusahaan juga mengusulkan agar Krakatau Steel berperan sebagai Pusat Logistik Baja untuk mengoptimalkan ketahanan industri nasional.

Daftar Poin Penting:

  • Kebijakan tarif impor AS berpotensi memicu lonjakan impor baja murah dari China ke Indonesia.
  • Sektor baja hilir, seperti stainless steel dan ferro alloy, akan merasakan dampak yang lebih besar.
  • Indonesia juga berpotensi terkena dampak pengenaan bea masuk tambahan (surcharge) oleh AS.
  • Krakatau Steel mengambil langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuat posisinya di pasar regional.
  • Pengendalian praktik perdagangan tidak adil seperti dumping dan subsidi sangat penting untuk melindungi industri baja nasional.