Gelombang Protes Melanda Amerika Serikat dan Eropa: Kebijakan Kontroversial Trump Picu Kemarahan Publik
Gelombang Protes Melanda Amerika Serikat dan Eropa: Kebijakan Kontroversial Trump Picu Kemarahan Publik
Gelombang demonstrasi besar-besaran melanda kota-kota besar di Amerika Serikat dan menjalar hingga ke Eropa. Puluhan ribu orang turun ke jalan menyuarakan penentangan terhadap serangkaian kebijakan Presiden Donald Trump yang dianggap kontroversial. Aksi unjuk rasa ini menjadi yang terbesar sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih, menandakan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap arah kebijakan pemerintahannya.
Aksi Protes di Berbagai Kota di AS
Demonstrasi terjadi serentak di berbagai kota besar seperti Washington D.C., New York, Houston, Florida, Colorado, dan Los Angeles pada hari Sabtu (5/4) waktu setempat. Para demonstran membawa berbagai spanduk dan poster yang mengecam kebijakan Trump, mulai dari pemangkasan anggaran pemerintah, penerapan tarif perdagangan yang agresif, hingga tuduhan pengikisan kebebasan sipil.
Di New York, seorang pelukis bernama Shaina Kesner mengungkapkan kemarahannya terhadap kondisi politik saat ini. "Saya sangat marah, sepanjang waktu. Sekelompok pemerkosa kulit putih yang memiliki hak istimewa mengendalikan negara kita. Itu tidak bagus," ujarnya di tengah kerumunan demonstran di Manhattan.
Sementara itu, di Washington D.C., ribuan demonstran dari berbagai penjuru Amerika Serikat berkumpul di National Mall. Mereka mendengarkan orasi dari puluhan pembicara yang mengkritik kebijakan Trump. Diane Kolifrath, seorang pemandu wisata sepeda dari New Hampshire, mengatakan bahwa sekitar seratus orang datang dengan bus dan van untuk memprotes pemerintahan yang dianggapnya telah "menghancurkan pemerintahan kita" dan "menyebabkan kita kehilangan sekutu di seluruh dunia."
Di Denver, Colorado, seorang demonstran membawa plakat bertuliskan "Tidak ada raja untuk AS," mencerminkan kekhawatiran akan kecenderungan otoriter dalam pemerintahan Trump.
Protes Merambah Eropa
Gelombang protes tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Aksi serupa juga terjadi di beberapa ibu kota Eropa, di mana para demonstran menyuarakan solidaritas dengan para pengunjuk rasa di AS dan mengecam kebijakan perdagangan agresif Trump.
Di London, Inggris, Liz Chamberlin, seorang warga negara AS-Inggris, menyatakan bahwa "Apa yang terjadi di Amerika adalah masalah semua orang. Itu kegilaan ekonomi... Dia akan mendorong kita ke dalam resesi global." Sementara itu, di Berlin, Jerman, seorang pensiunan bernama Susanne Fest mengatakan bahwa Trump telah menciptakan "krisis konstitusional" dan menyebutnya "gila."
Kontroversi Kebijakan Perdagangan dan Dampaknya
Salah satu pemicu utama protes adalah kebijakan perdagangan Trump yang kontroversial, termasuk penerapan tarif impor terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia. Trump menuduh Indonesia mengenakan tarif yang tidak adil terhadap produk-produk AS, seperti etanol, dan mengkritik kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta persyaratan perusahaan sumber daya alam untuk menyimpan pendapatan ekspor di dalam negeri.
Kebijakan-kebijakan ini dikhawatirkan akan merusak hubungan perdagangan internasional, memicu perang dagang, dan berdampak negatif terhadap perekonomian global.
Kebijakan Lain yang Menuai Kecaman
Selain kebijakan perdagangan, demonstran juga mengecam kebijakan Trump lainnya, seperti rencana deportasi massal dan penggunaan perintah eksekutif untuk mengambil tindakan tanpa persetujuan Kongres. Kebijakan-kebijakan ini dianggap melanggar hak asasi manusia, mengancam kebebasan sipil, dan merusak tatanan demokrasi.
Gelombang protes ini menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan Trump telah memicu kemarahan dan kekhawatiran yang meluas di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Masa depan kebijakan Trump dan dampaknya terhadap Amerika Serikat dan dunia masih belum jelas, tetapi satu hal yang pasti: ketidakpuasan publik terhadap pemerintahannya terus meningkat.
Daftar Kebijakan yang diprotes :
- Pemangkasan jumlah staff pemerintah
- Tarif perdagangan
- Pengikisan kebebasan sipil
- Deportasi Massal
- Penggunaan Perintah Eksekutif
- Kebijakan TKDN
- Persyaratan perusahaan SDA menyimpan pendapatan ekspor di dalam negeri